Wartacakrawala.com – Kepemimpinani miliki webber ini memainkan peranan yang penting dalam organisasi. Berhasil tidaknya suatu organisasi salah satunya ditentukan oleh sumber daya yang ada dalam organisasi tersebut. Di samping itu faktor yang sangat berperan penting adalah faktor kepemimpinan. Peran utama kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengembangan organisasi merupakan suatu kegiatan mengadakan perubahan secara berencana yang mencakup suatu diagnosa secara sistematis terhadap organisasi.
Seorang pemimpin harus ikut aktif dalam mengatur pelaksanaan kegiatan usaha pengembangan organisasi. Keberhasilan kegiatan usaha pengembangan organisasi sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinannya atau pengelola dan komitmen pimpinan pucuk organisasi. Kepemimpinan merupakan suatuhalyang seharusnyadimiliki olehpemimpin organisasi. Efektivitasseorang pemimpin ditentukan oleh kepiawaiannya mempengaruhi dan mengarahkan para anggotanya. Akhir-akhir ini banyak orang membicarakan mengenai krisis kepemimpinan.
Hal ini terjadi tidak hanya di lingkup organisasi, bahkan juga pemimpin suatu wilayah bahkan negara. Setiap ada pemilihan kepala daerah memang banyak calon yang mengajukan diri, namun masyarakat tidak tahu dan bahkan tidak peduli siapa yang akan dipilihnya. Hal ini terlihat dengan banyaknya orang yang golput dalam pilkada. Hal yang mengejutkan seperti yang terjadi baru-baru ini di Amerika Serikat, telah terjadi perubahan dalam suksesi kepemimpinan dengan terpilihnya Obama sebagai Presiden. Obama adalah orang kulit hitam pertama yang bisa menjadi Presiden AS.
Kalau dikaitkan dengan lingkungan yang ada, maka dalam kepemimpinan saat ini sangat diperlukan kemampuan pemimpin untuk menyesuaikan dengan perubahan. Kepemimpi nan dan penyesuaian terhadap perubahan yang ada merupakan tantangan terbesar masa kini bagi seorang pemimpin. Peranan seorang pemimpin dalam hubungan antar manusia sangat terkait dengan gaya kepemimpinan yang ditampilkan nya.Seorang pemimpin diharapkan dapat menampilkan gaya kepemimpinan segala situasi tergantung kondisi dan situasi serta kepada bawahanyang mana. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari orang-orang yang dipimpinnya. Penelitian lain kepemimpinan efektif adalah dikaitkan dengan kekuasaan.
Baca juga: Dinamika Organisasi Modern: Perspektif Teori Max Weber
Apapun posisi kita di sebuah organisasi atau perusahaan, kata “kepemimpinan” pastinya sudah sangat akrab di telinga kita masing-masing. Dapat dipastikan hampir semua orang ingin memiliki keahlian dalam kepemimpinan yang baik, atau setidaknya berharap berada di bawah manajemen kepemimpinan yang benar. Kepemimpinan adalah suatu kekuatan yang memegang peranan penting dalam keberhasilan organisasi manapun. Logikanya, tanpa hadirnya kepemimpinan yang efektif, organisasi manapun akan kesulitan untuk bekerja secara efisien. Mengapa demikian? Karena salah satu tujuan kepemimpinan dibentuk untuk meraih tujuan yang sama dan satu secara bersama-sama dengan anggota tim lainnya. Dengan kata lain, penting bagi kepemimpinan tersebut untuk dapat mengendalikan semua anggota tim agar melangkah ke arah dan tujuan yang sama.
Untuk memahami kepemimpinan dalam organisasi secara baik, kita perlu memahami hal ini dari konteks tradisionalnya terlebih dahulu. Dalam organisasi tradisional, para pemimpin akan menempatkan fokusnya dalam memaksimalkan nilai bagi para pemegang saham (investor). Untuk bisa melakukan hal ini, para pemimpin akan berusaha untuk mengembangkan strategi dan menginterpretasikannya ke dalam sebuah rencana. Pemimpin perusahaan atau yang biasa kita sebut sebagai Direktur akan menugaskantanggungjawab kepada karyawannya, sekaligusmenjadi pengontrol untuk memastikan bahwa semua orang menjalankan tugasnya dengan baik.
Disini penulis merupakan mahasiswa yang mengukir keilmuan sosiologi, berusaha untuk mengekslorasi pemikiran penulis dan kolerasi dengan teori kepemimpinan Max Webber. Dalam menakar kepemimpinan organisasi, tak kan lepas dari berbagai macam karakter atau gaya kepemimpinan yang dijalankan. Preferensi penulis disini dengan beberapa leadership style seseorang dan khususnya corak kepemimpinan kharismatik milik webber dalam menahkodai organisasi, institusi, lembaga dll.
Pertama, kepemimpinan dalam organisasi bertindak sebagai visioner, Kepemimpinan ini dalam organisasi yang pertama di abad ke-21 adalah visioner. Yap, mana ada sih orang yang mau terlibat dalam organisasi yang pemimpinnya tidak memiliki gambaran apapun di masa depan? Seorang pemimpin dalam organisasi perlu menjadi individu yang visioner, dimana dirinya mampu untuk merancangtujuan dan visi misi yangjelas, serta meyakinkanseluruh anggotanya bahwa mereka sedang menujujalan keberhasilan.
Kedua, kepemimpinan dalam organisasi bertindak sebagai arsitek. Dengan memiliki visi dan misi yang jelas, seorang pemimpin sebenarnya sedang menjadi arsitek organisasi yang terarah. Para pemimpin dalam organisasi bukan hanya dituntut untukmerancang rencana masa depan, namun mereka juga diharapkan dapat mendesain organisasi menjadi sebuah sistem yang transparan dan canggih.
Ketiga, kepemimpinan dalam organisasi bertindak sebagai catalyst (katalisator). Sebagai seorang pemimpin di dalam organisasi, terutama di abad ke-21, para pemimpin dituntut untuk memiliki gaya kepemimpinan seperti katalisator atau catalyst. Dalam hal ini, gaya kepemimpinan katalisator perlu melakukan hal-hal seperti menyingkirkan segala hambatan yang dirasakan oleh anggota tim dan mendukung ide-ide cemerlang mereka agar menjadi kenyataan, membina hubungan yang baik ke seluruh lapisan organisasi, membantu orang-orang dalam menghubungkan apa yang mereka kerjakan dengan visi dan misi organisasi, membangun lingkungan kerja yang inklusif, membantu meningkatkan motivasi karyawan.
Kepemimpinan karismatik bertolok dari pola karisma dan kekuasaan yang dimiliki invidu. Kepemimpinan model ini secara genealogis mendapat perhatian serius dari sosiolog abab ke-19, yakni Max Weber (1947). Logika berpikir weberian menyebutkan, sebagaimana dikutip oleh Wirawan, bahwa kepemimpinan karismatik mempunyai kapasitas untuk mengubah sistem sosial berdasarkan keyakninan penganutnya bahwa pemimpin yang diikuti telah diberi kewenangan istimewa menjadi seorang pemimpin. Dengan begitu, dalam kondisi tertentu pemimpin model ini mampu mengerakkan pengikutnya, tanpa ada proses dialog-rasional dalam menyikapi implikasi dari gaya kepemimpinan kharismatik.
Tokoh kharisma yang bersangkutan biasanya memberikan bukti dari keasliannya dengan melakukan hal-hal yang ajaib atau dengan mengeluarkan wahyu-wahyu yang bersifat ketuhanan. Tanda-tanda berlakunya otoritas atau wewenang kharismatik ini adalah para pengikut mengakui keaslian otoritas itu dan bertindak sesuai dengan kewajiban tersebut. Menurut Weber, istilah “karisma” menjadi ciri atau bakat seseorang yang mana ia dikhususkan dan dipisahkan dari orang-orang biasa. Ia dianggap memiliki kebijaksanaan atau kekuatan yang unggul, adikodrati, adimanusiawi, setidaknya luar biasa. Ciri lain wewenang ini ialah bahwa para pengikut mengabdikan diri kepada pemimpin karena merasa diiri dipanggil untuk itu. Weber mengatakan pula bahwa kharisma merupakan fenomena khusus yang tidak rasional. Hal ini karena landasan dari wewenang kharisma adalah pengakuan atas keotentikan dari yang dianggap sebagai sang pemimpin.
Weber membedakan tiga otoritas atau wewenang tradisional yang meliputi gerontokrasi, patriarkhalisme dan patrimonialisme. Gerontokrasi yaitu wewenang yang berada pada tangan orang-orang tua dalam suatu kelompok.
Setelah membaca coretan saya di atas, penulis berharap rekan-rekan pembaca lebih memahami kepemimpinan dalam organisasi, gaya kepemimpinan dalam organisasi, dan juga beberapa keutamaan yang akan kita dapatkan dari kepemimpinan dalam organisasi yang efektif. Selamat berjuang menjadi pemimpin yang baik dan tangguh.
Faham Erlangga, Penulis merupakan mahasiswa aktif sosiologi yang sering terlibat pada penelitian sosiologi pembangunan, pemberdayaan,, dll