Dukuh Jawong, Primadona Batu Bata Baru di Demak

Avatar
Mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang melakukan observasi mengenai Batu Bata Merah asli Jawong

Wartacakrawala.com – Mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang melakukan observasi mengenai Batu Bata Merah asli Jawong, dan terlibat dalam proses pembuatan serta membantu proses pemasaran berbasis online, Rabu (18/11).

Beberapa dekade ini produk batu bata Karangsono memang mendominasi pasar kebutuhan bahan bangunan di Demak maupun Jawa Tengah. Mengingat kualitas dari produk tersebut lebih baik dari tempat pengrajin lainya di Jawa Tengah. Namun, dengan persaingan pasar ekonomi terbuka, banyak tempat-tempat industri serupa yang mulai berkembang bahkan sudah berjalan puluhan tahun, tetapi kurang terekspos di pasaran. Salah satunya adalah produk batu bata asli Dukuh Jawong, Kembangarum Demak.

“Tanah liat sebagai bahan baku utama pembuatan batu bata merah yang mempunyai kualitas sama dengan produk dari Karangsono, yaitu dari tanah liat lahan persawahan menjadikan hasil akhir batu bata dari Jawong tidak jauh berbeda. Serta para pengrajin yang dulunya pernah bekerja di industri Karangsono sekarang banyak yang membuka sendiri industri-industri batu bata di Jawong,’’ sebut Kholik, salah satu pengrajin batu bata asli Jawong.

Proses pembuatan batu bata dalam sekali produksi bisa menghasilkan 20 ribu biji batu bata yang siap dipasarkan kepada konsumen. Tentu kendala utama dari industri tersebut adalah cuaca yang tidak menentu. Dari keseluruhan proses produksi faktor cuaca menjadi pengaruh utama hasil akhir dari proses tersebut.

Semakin berjalanya waktu dan melihat prospek industri batu bata dari Jawong yang relatif baik, sekarang sudah berdiri beberapa industri yang berjalan di Dukuh Jawong. Melihat hal tersebut tentu pemerintah Desa Kembangarum tidak berdiam diri saja.

“Memeng akhir-akhir ini batu bata Jawong menjadi primadona dikalangan industri bahan bangunan, mempunyai kualitas yang hampir sama dari produk Karangsono dan harga jual berani bersaing menjadikan produk asli Jawong mulai dilirik pasaran. Melihat fenomena ini kami selaku pemerintah desa selalu memberikan pendampingan menajemen industri yang baik, dan mempermudah proses perizinan bagi siapapun ingin membuka industri baru di wilayah tersebut,” ungkap Subari sebagai Kepala Desa Kembangarum.

Sementara itu, Maulana, Mahasiswa KKN yang berasal dari Jawong mengkhawatirkan akan regenerasi pengrajin batu bata Jawong yang minat dari pemuda setempat sedikit berkurang.

“Tidak semua orang bisa menjadi tanaga kerja maupun pengrajin batu bata di wilayah kami. Rendahnya minat pemuda pada industri batu bata membuat kekhawatiran tersendiri akan kelanjutan industri tersebut. Kami sebagai mahasiswa hanya dapat membantu mempromosikan produk asli Jawong lewat media sosial kepada pasar terbuka,” jelas Maulana.

Diharapkan dari peran mahasiswa dan pemuda setempat eksistensi batu bata merah asli Jawong bisa tetap bersaing dipasaran. Terkait regenerasi, sikap peduli dan kepekaan pemuda setempat akan industri batu bata perlu ditingkatkan kembali. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Tutup Program KKN, Mahasiswa UIN Walisongo Gelar Khotmil Quran dan Pengajian Online

Next Post

Tingkatkan Pendidikan Anak, Mahasiswa KKN UIN Ajarkan Pendidikan Al-Qur’an

Related Posts