Potret Alat Musik Kolintang dan Eksistensinya di Masyarakat

Avatar
Mahasiswa KKN UIN Walisongo saat belajar alat musik kolintang guna melestarikan budaya

Wartacakrawala.com – Bagi sebagian orang menggunakan bahasa daerah mungkin masih menjadi hal yang lumrah. Demikian dengan merayakan upacara adat tertentu sebagai bagian dari upaya melestarikan budaya bangsa. Tapi, bagaimana dengan memainkan alat musik tradisional, seperti gamelan, kolintang, atau yang lainnya?

Alih-alih tentang memainkan, menemukan alat musik tradisional saja mungkin bukan lagi perkara mudah saat ini. Apalagi di banyak tempat. Karenanya, memulai dari mengenalnya terlebih dahulu mungkin bisa menjadi opsi. Paling tidak, tahulah seperti apa Kolintang itu.

Kolintang atau kulintang adalah alat musik yang terdiri dari barisan gong kecil yang diletakkan mendatar. Alat musik ini dimainkan dengan diiringi oleh gong tertentu yang lebih besar dari drum, dan merupakan bagian dari budaya gong Asia Tenggara, yang telah dimainkan selama berabad-abad. Dimana? Di Kepulauan Melayu Timur, termasuk Filipina, Indonesia Timur, Malaysia Timur, Brunei, dan Timor.

Bicara mengenai perkembangannya, Kolintang berangkat dari tradisi pemberian isyarat sederhana sebelum akhirnya menjadi bentuk seperti sekarang. Kegunaannya bergantung pada peradaban yang menggunakannya. Dengan pengaruh dari Hindu, Buddha, Islam, Kristen, dan Barat, alat musik ini merupakan tradisi gong yang terus berkembang.

Nama kolintang sendiri berasal dari suaranya, tong (nada rendah), ting (nada tinggi) dan tang (nada biasa). Dalam bahasa daerah, ajakan “Mari kita lakukan TONG TING TANG” adalah “Mangemo kumolintang”, yang akhirnya berubah menjadi kata kolintang.

Alat musik ansambel ini dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya yaitu Kolintang Melodi (ina taweng) yang berfungsi sebagai penentu lagu, Kolintang Pengiring, yang terdiri dari Alto (uner atau katelu) sebagai pengiring nada tinggi, Tenor (karua) sebagai pengiring nada rendah, dan Cello (sella) sebagai penentu irama dan pengiring (accompanion) bass; Kolintang Bass yang menghasilkan nada rendah (loway).

Musik Kolintang di Perumahan wahyu utomo tambak aji Ngaliyan semarang sudah ada sejak lama. Orang tua-tua di perumahan ini juga hampir semua tahu bermain kolintang pada tahun 1980-an sampai tahun 2000.

“Hampir setiap rumah disini memiliki kolintang walaupun hanya satu kolintang (melody), dan biasanya itu dimiliki oleh orang-orang tua kami,” terang salah seorang warga.

Maksudnya adalah musik kolintang ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat perumahan wahyu utomo. Dari masa ke masa kolintang selalu tetap eksis di perumahan ini. Ransun Bersaudara merupakan kelompok musik kolintang yang mengangkat dan mempertahankan keberadaan dari musik kolintang. Di perumahan wahyu utomo tambakaji ngaliyan semarang terdapat alat musik kolintang dan para pemainnya dari kalangan remaja, ibu-ibu dan bapak-bapak.

”Jadi memang budaya kesenian tradisional ini harus dipertahankan terus,” bu Edy selaku ketua grup kolintang.

Hubungan Antar anggota di Sanggar Hubungan diantara mereka sebagai pemain dan anggota sanggar serta dengan pelatih berjalan baik. Mereka sudah merasa layaknya seperti keluarga di sanggar ini. Pelatih mereka juga sangat dekat dan sering memberikan nasehat berupa motivasi kepada mereka.

Terkadang bapak will juga mengajak mereka makan di suatu tempat setelah selesai latihan. “Saya mendekati mereka layaknya seorang sahabat sehingga tidak ada batasan antara kami,” kata pak will selaku pelatih seni musik kolintang .

Hubungan pertemanan mereka sudah terbangun lama sejak dulu, “Hal yang membuat saya nyaman disini karena kebersamaan kami yang terbangun sejak awal terbentuknya grup peelatihan seni musik kolintang, berlatih bersama, berjuang dan bekerja keras. Masalah kecil yang kami hadapi seperti kehadiran yang tidak tepat waktu dan ada beberapa yang keras kepala. Hal-hal ini yang membuat hubungan kami semakin erat dan bisa mendapat juara di setiap perlombaan yang kami ikuti. Kami sudah bersama sejak dulu sampai sekarang dan itu lah yang membuat pertemanan kami semakin erat,” ujar pak will selaku pelatih tim seni musik kolintang.

Masalah kecil seperti perselisihan dalam latihan itu wajar terjadi. Setiap pemain memiliki karakter yang berbeda-beda. Peran pelatih ketika menghadapi masalah ini sangat penting. Pelatih harus bisa mengerti dan menjadi peredah masalah (problem solver) antar anggota. Kendala tersendiri di masyarakat terlebih khusus anak muda yaitu minat. Dulu masih kurang sumber daya manusia di bidang pendidikan.

Jadi, dahulu bisa dikatakan masih kurang banyak aktifitas yang mereka lakukan tidak seperti sekarang ini. Rata-rata di perumahan Wahyu Utomo Tambak Aji Ngaliyan Semarang sekarang ini tingkat pendidikannya tinggi. Pengangguran pun minim karena tersedia banyak lapangan pekerjaan swasta. Sehingga masyarakat perumahan wahyu utomo khususnya anak-anak muda ini memiliki kesibukan di sekolah dan pekerjaan.

Musik kolintang bukan dikatakan habis, tetapi masyarakat sudah mempunyai kesibukan masing-masing. Sanggar ini memiliki sedikit kendala terutama bantuan dan perhatian dari pemerintah instansi terkait yang minim.

Dahulu kolintang hanya terdiri dari satu melodi yang terdiri dari susunan nada diatonis, dengan jarak nada dua oktaf. Sebagai pengiring, digunakan alat-alat musik bersenar seperti gitar, ukulele dan bas. Namun pada tahun 1954, kolintang sudah memiliki jarak nada dua setengah oktaf dan masih tetap memiliki susunan nada diatonis.

Pada tahun 1960, berkembang lagi hingga mencapai tiga setengah oktaf dengan nada 1 kres, naturel, dan 1 mol. Dasar nadanya masih terbatas pada tiga kunci (naturel, 1 mol, dan 1 kruis), jarak nadanya berkembang lagi menjadi  empat setengah oktaf dari F sampai dengan C.

Perkembangan alat musik kolintang masih tetap berlangsung, baik dari segi kualitas alat, perluasan jarak nada, maupun bentuk peti resonator. (*)

Total
0
Shares
0 Share
0 Tweet
0 Pin it
0 Share
0 Share
0 Share
0 Share
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

KKN UIN Walisongo Bantu Mencegah Penyebaran Covid-19

Next Post

Peran Aktif Mahasiswa dalam Memberikan Edukasi Covid-19 kepada Masyarakat

Related Posts
Total
0
Share