Wartacakrawala.com – Lutfi Rahman, MSI, MA, (Sekertaris Rumah Moderasi Beragama UIN Walisongo Semarang), mengedukasi kepada masyarakat tentang pentingnya moderasi beragama di masa pandemi covid -19.
Hal ini disampaikannya dalam webinar yang telah diselenggarakan oleh tim Kuliah Kerja Nyata Mandiri Intensif dan Terprogram Dari Rumah (KKN MIT DR) kelompok 40 Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Rabu (10/02).
Acara yang dikemas dalam webinar moderasi beragama tersebut, mengusung tema “Meneladani Sikap Walisongo dalam Menumbuhkan Jiwa Moderasi Beragama di masa Pandemi Covid -19” yang berlangsung melalui aplikasi zoom meeting.
Moderasi Beragama merupakan sektor yang terdampak di masa pandemi covid-19, sebelum dan setelah pandemi covid-19 terasa sangat berbeda. karena banyak sekali perubahan yang signifikan dari segi peribadatan dan dari segi kemanusiaan, kita sebagai umat Islam harus bisa untuk mengambil sikap dalam mengambil keputusan yang tepat. Selain itu moderasi Beragama bertujuan untuk mensinergikan antara kemanusiaan, religiusitas, dan spritualitas.
Baca juga: Pembagian Hadiah Lomba Warnai Pelepasan Mahasiswa KKN
Selanjutnya, Walisongo adalah refrensi yang sesuai, sikap dan keputusan nya dapat kita jadikan sebagai pedoman dalam moderasi beragama. Kata Walisongo bila di Redifini Wali yang bermakna Kullu mu’minin taqiyyin (setiap orang yang beriman dan bertaqwa).
Nah, bagaimana sikap orang yang beriman dan bertakwa dalam menyikapi pandemi covid -19 ini. Lutfi menjelaskan bahwa setiap musibah merupakan perwujudan kasih sayang Allah SWT kepada kita hal ini berkaitan dengan teologi reseptif pandemi.
“Innallaha idzaa ahabba qauman ibtalaahum faman rodhiyaa fa lahur ridhaa, wa man sakhithoo fa lahus sukhthu”. Dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji mereka. Barangsiapa yang ridha maka keridhaan itu untuknya. Dan barangsiapa yang marah maka kemarahan itu untuknya.
Selanjutnya, definisi iman secara bahasa terbagi menjadi dua ;Pertama, “Amina-ya’manu-amnan,(intransitif) Aman untuk diri sendiri”. Kedua, Aamana-yu’minu-iimanan (transitif), Iman kepada Allah, kita mengamankan hati/kepercayaan kita kepada Dzat Yang Maha Segalanya.
Kemudian, memaknai keselarasan keimanan di masa pandemi terbagi dengan tiga cara;
Pertama, Ikhtiyariy. lawan virus dengan berbagai prokotokol kesehatan,
Kedua, Tafakuriy Merenungkan atas ke-alpa-an, kerakusan dan kepongahan kita dalam peristiwa terjadinya wabah serta memikirkan solusi (kebijakan/sains) melalui berbagai cara untuk menghadapinya.
Ketiga, Tassyakuriy Kita patut besyukur karena Tuhan mengingatkan kita akan kepongahan, kerakusan, keangkuhan kita. Secara existensial, manusia itu lemah di hadapan Tuhannya.
Di akhir pembicaraan, Lutfi mengingatkan dan menghimbau kepada seluruh lapisan masyarakat agar senantiasa menjaga kesehatan dengan mematuhi protokol kesehatan dan selalu menghidupkan spritualitas agama dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. (*)