Wartacakrawala.com – Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Mojokerto raya akhirnya mengeluarkan pernyataan sikap terkait rencana kedatangan pimpinan junta militer Myanmar untuk menghadiri KTT ASEAN yang rencananya akan digelar di Jakarta, 24 April Mendatang.
Menyikapi hal tersebut Aliansi BEM Mojokerto menegaskan bahwa kita sebagai negara demokrasi harusnya bisa memilih dengan tepat tindak lanjut untuk permasalahan HAM dan Kudeta di Myanmar.
Seperti yang dikatakan Tsabit Ikhmaddi, Koordinator Aliansi BEM Mojokerto saat menggelar pernyataan sikap pada hari kamis (22/4) di kampus Universitas Islam Majapahit (UNIM) Jabon, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur
Ia menjelaskan, dirinya sedang menyoroti isu yang ada di pemerintahan Myanmar tentang pelanggar HAM tingkat Darurat, terlebih ke depan akan diadakan KTT ASEAN, yang rencananya akan dihadiri oleh pemimpin junta militer.
“Kita menolak perwakilan dari Myanmar hadir dalam KTT ASEAN, karena didapur kenegaraannya sendiri masih belum tuntas, kalau kita menerima itu artinya kita mengakui kepimimpinan yang direbut paksa tersebut,” ungkapnya.
Untuk itu, Ia bersama rekan Aliansi BEM Mojokerto yang lain mengharap agar Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Luar Negeri mendesak kepada Pengurus ASEAN dan PBB Menuntaskan permasalahan di Myanmar.
Baca juga: Manfaatkan Lahan Sempit, Mahasiswa PMM UMM Budidayakan Tanaman Hidroponik
“Kami menuntut untuk dapat menuntaskan HAMnya dulu, jadi pemerintahannya ditata dulu di dalam Myanmar baru bisa menghadiri rapat tertinggi ASEAN,” terangnya.
Mengingat, di Myanmar telah banyak memakan korban akibat pemerintahan yang dirampas dengan cara Kudeta Militer tersebut.
“Di Negara mereka sudah kacau, di sana itu sudah ada sekitar 730 orang yang meninggal dunia. Selain itu, sebanyak 3.000 aktivis bahkan wartawan dan yang lain-lain, yang ikut demonstrasi ditahan, itu kan pelanggaran HAM berat,” tegasnya. (*)