Wartacakrawala.com – Awal mula diberitakannya covid-19 memasuki Indonesia, banyak masyarakat yang khawatir akan kesehatan mereka dan keluarga. Semakin hari kian bertambah jumlah masyarakat yang dinyatakan positif covid-19. Banyak Desa berbondong-bondong melakukan lockdown untuk meminimalisir penularan covid-19. Setelah virus corona semakin menyebar, beberapa wilayah di Indonesia juga melakukan lockdown. Namun Indonesia sendiri tidak melakukan lockdown.
Mengapa?
Dilansir dari TribunMataram.com pada 3 April 2020, Presiden Jokowi menyebut lockdown tak menjadi pilihan karena akan menganggu perekonomian. Oleh karena itu Bapak Presiden Jokowi lebih memilih untuk menerapkan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Pada rencana awal PSBB hanya dilakukan selama 14 hari saja, namun ternyata PSBB diperpanjang sampai dirasa virus corona sudah mulai mereda. Setelah dilakukannya PSBB berbulan-bulan, akhirnya pemerintah memutuskan untuk menerapkan scenario New Normal untuk menjalankan perekonomian nasional. Padahal jumlah kasus covid-19 di Indonesia masih terus mengalami peningkatan.
Baca juga: Pentingnya Edukasi Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) pada Remaja
Dilansir dari theconversation.com pada 25 Juni 2020, New Normal tersebut memiliki tiga kelemahan tersendiri, yaitu;
(1) Kurva Epidemi Tidak Menurun. Dengan cakupan tes yang rendah, ditambah dengan sistem kesehatan dan sistem pemantauan yang kurang memadai, serta kurangnya transparansi data, kebijakan new normal dapat meningkatkan risiko terjadinya wabah yang mengganggu stabilitas ekonomi dan sosial dalam jangka panjang.
(2) Kebijakan Distriminatif. Kebijakan new normal merupakan kebijakan top-down yang menggunakan satu pendekatan untuk semua. Pendekatan ini cenderung mengabaikan realitas bahwa masyarakat memiliki kebutuhan dan kerentanan yang beragam semasa pandemi.
(3) Menimbang Ulang Normalitas. Kebijakan new normal dapat menciptakan rasa aman dan stabilitas bagi sebagian kelompok masyarakat semasa pandemi. Namun, hal ini tidak dapat dijadikan sebagai kerangka untuk mengatasi krisis yang ditimbulkan oleh covid-19.
Masyarakat Desa Bandungrejo RT 01/RW I memiliki kecemasan ketika melihat penyebaran virus corona yang begitu cepat. Beberapa toko dan warung menyediakan handsanitizer atau tempat untuk cuci tangan. Warga-warga yang biasanya solat berjamaah di mushola beberapa ada yang lebih memilih solat dirumah untuk meminimalisir penyebaran virus corona.
Beberapa pedagang di relokasi pasar Mranggen juga menggunakan masker dan ada yang memilih untuk libur berjualan di pasar sementara waktu. Dan juga jarang sekali melihat orang-orang bergerombol.
Namun ketika era new normal dilaksanakan dan berlanjut sampai saat ini dan hampir sudah tidak ada lagi desas-desus mengenai covid-19, beberapa masyarakat mulai enggan memakai masker dan melakukan aktivitas seperti biasa. Karena menurut mereka virus corona sudah hilang padahal semakin bertambah banyak.
Saat ini anak-anak di lingkungan Desa Bandungrejo sudah mulai masuk sekolah namun dibatasi. Ada yang tiap minggu dua kali pertemuan dan dibagi perkelompok, ada juga yang setiap hari masuk namun ada pengurangan waktu belajar.
Masyarakat juga mulai solat berjamaah di mushola, mulai ada yang mengadakan hajatan, tak jarang menemukan masyarakat bergerombol.
Ada juga yang mengadakan lomba gantangan burung dan dihadiri banyak orang dari berbagai daerah. Namun begitu beberapa dari mereka masih ada yang menggunakan masker dan menjaga jarak dari orang lain demi meminimalisir penyebaran virus corona yang kasat mata. (*)
*)Penulis: Amelia Nur Azza, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi Wartacakrawala.com
*)Opini di Wartacakrawala.com terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata.
*)Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim