Wartacakrawala.com – Catatan buruk diduga warnai Pemira Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) 2021. Adanya indikasi kecurangan Pemira ini pun dianggap melukai seluruh mahasiswa Universitas Hayim Asy’ari Jombang.
Semboyan “Pemilu Sehat, Unhasy Hebat” yang digaungkan berbanding terbalik, karena pada kenyataannya Pemira yang dilaksanakan dinilai cacat, sehingga jargon Unhasy hebat menjadi pertanyaan besar.
Pemilihan Umum Raya Organisasi Mahasiswa Universitas Hasyim Asy’ari yang telah berlangsung online, tepatnya pada Senin, 13 September 2021 diikuti oleh seluruh mahasiswa Unhasy dari tinggat Program Studi (HMP), Fakultas (BEM F dan DPM F), dan tentu Universitas (BEM U dan DPM U). Pemilu yang dilaksanakan secara online ini tentu diakibatkan pandemi yang belum juga selesai.
Semarak pesta demokrasi ini menjadi salah satu agenda besar yang ditunggu – tunggu mahasiswa, akan tetapi justru tidak sejalan dengan apa yang diharapkan. Pemilihan umum yang berasaskan jujur, dan adil justru terbalik.
Adanya indikasi Kecurangan ini, mengakibatkan beberapa calon merasa tidak mendapatkan keadilan dan berdampak pada tuntutan mahasiswa khususnya para timses, partisipan dan bahkan seluruh mahasiswa yang merasa pemilu benar-benar tidak berjalan sesuai yang diharapkan.
Indikasi kecurangan ini, menurut beberapa saksi dari paslon-paslon bukan saja asumsi semata, pasalnya, bukti yang ditemukan begitu valid dan memang fakta bahwa kecurangan itu ada.
Baca juga: Lasungkan Deklarasi, BEM Pasuruan Raya Siap Jadi Partner Kritis Segala Leading Sektoral Pasuruan
Misalnya, kecurangan berupa berkurangnya suara paslon baik ditingkat Fakultas dan Universitas. Kecurangan ini tentu sangat mengecewakan mahasiswa Unhasy, yang awalnya mengharapkkan semua berjalan normal justru tidak demikian.
Bukan hanya itu, dugaan keikutsertaan salah satu dosen dan atau birokrasi kampus sangat melukai mahasiswa secara keseluruhan. Oleh karena itu, secara aturan KPUM harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada pemilu kali ini.
Dari kecurangan yang ada beberapa paslon yang merasa dicurangi kabarnya akan melakukan penuntutan ke pihak KPUM atas pemilu kali ini untuk mendapatkan keadilan.
Kecurangan ini dinilai akan sangat berdampak pada proses berjalannya kehidupan organisasi mahasiswa bahkan kampus itu sendiri yang dalam pengertian sangat umum dianggap sebagai ruang dan bahkan rumah pemikiran, dan gagasan.
“Tentu sangat tidak etis jika kecurangan ini dibiarkan, dan bahkan orientasi kampus untuk melahirkan bibit-bibit unggul mahasiswa akan menjadi utopia belaka,” ungkap salah satu mahasiswa.
Kecurangan ini menjadi warning dan sekaligus ultimatum untuk beberapa oknum yang terlibat dalam kecurangan Pemilu kali ini.
Terakhir yang ingin disampaikan penulis ialah, masa depan kampus dan nama baik kampus sangat dipertaruhkan jika memang kecurangan ini benar-benar dibiarkan.
Kampus Islam yang disematkan sangat mencederai sekaligus mematahkannya secara tidak langsung, moral, etika dan bahkan sikap yang diperlihatkan tidak sejalan dengan koridornya.
Penulis: Mudhoffar Abdul Hadi