Diskriminasi Kesetaraan Gender di Era Milenial

Luluk Mukarromah
Ilustrasi kesetaraan gender di era milenial
Ilustrasi kesetaraan gender di era milenial

Wartacakrawala.com – Pada dasarnya, semua manusia sepakat bahwa perempuan dan laki-laki di muka bumi ini berbeda. Seperti yang terlihat karakteristik dari masing-masing secara fisik, kita dengan mudah membedakannya. Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan atau biasa disebut dengan gender telah diperbincangkan sejak abad ke-20 sampai dengan detik ini, dan akan selalu sensitif jika dibahas dalam sudut pandang manapun.

Generasi milenial memiliki berbagai macam cara dalam menyuarakan pendapat dan gagasannya tentang kesetaraan gender. Seperti konten-konten kreatif yang diunggah melalui Instagram, YouTube, dan TikTok. Seperti contohnya wanita tidak boleh bekerja terlalu berat dan pria tidak boleh bekerja terlalu santai. Sedangkan di Era milenial sekarang ini sudah banyak wanita mandiri bekerja dari pagi hari hingga petang hal itu sudah dianggap normal. Begitupun dengan pria, ada mayoritas lelaki tidak berangkat kerja setiap saat namun tetap bisa menghidupi keluarga nya dengan baik.

Baca juga: Dinamika Kehidupan Perkuliahan

Sedangkan pemikiran yang masih diskriminasi wanita harus dirumah mengurus anak dan menjadi IRT, sedangkan para pria yang mencari nafkah. Namun hal itu tidak lagi pada era milenial ini. Seperti yang disampaikan oleh Thierry Ramadhan Ketua BEM FISIP UI 2019 lalu pada acara Series: Pro-Feminist Male “Laki-laki harusnya menyadari kalau nggak akan mungkin tercipta suatu kondisi kesejahteraan dan kebahagiaan yang seutuhnya tanpa memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk mendapatkan hak-haknya, bebas berekpresi, bebas bercita-cita, dan bebas menjadi dirinya sendiri,” paparnya.

Baru-baru ini, dibeberapa platform seperti TikTok banyak influencer yang mengunggah videonya tentang stop diskriminasi kesetaraan gender. Seperti contohnya pemilik akun @/ruhrahshitt atau yang biasa dipanggil razan yang ramai diperbincangkan karena memakai kalung dan cincin berlebihan. Pada saat itu videonya cukup pro dan kontra, Namun beberapa influencer lainnya membantu meluruskan dan normalize pria memakai kalung dan cincin. Dikarenakan ada beberapa cuitan netizen di kolom komentar “ih ga macho banget si”, “kok cowo dandanannya kaya gitu”. Dengan begitu banyak influencer juga mendukung disriminasi dengan menggunkan hastag stop masculinity.

Dengan demikian, Indonesia sudah terbilang cukup maju untuk tidak diskriminasi kesetaraan gender. Sudah banyak organisasi di berbagai platform yang mendukung adanya stop masculinity dan feminisme. Perempuan bisa dan boleh melakukan pekerjaan yang dahulu dianggap tugas laki-laki. Dan laki-laki bisa dan boleh melakukan pekerjaan yang dahulu dianggap tugas perempuan. (*)

*)Penulis : Natasya Devana Putri, Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi Wartacakrawala.com

*)Opini di Wartacakrawala.com terbuka untuk umum

*)Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim

Total
0
Shares
0 Share
0 Tweet
0 Pin it
0 Share
0 Share
0 Share
0 Share
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post
Audhyto Cesaro Kressa, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Dinamika Kehidupan Perkuliahan

Next Post
Muhammad Ar Rosyid Adhyaksa, Mahasiswa Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Permasalahan Korupsi di Indonesia dan Langkah-Langkah dalam Mengatasinya

Related Posts
Total
0
Share