Wartacakrawala.com – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Malang terus berinovasi untuk mengatasi isu-isu lingkungan yang ada di Kabupaten Malang.
Kali ini, guna merespon banyaknya lahan kritis di kabupaten Malang imbas dari penambangan secara ilegal atau biasa disebut Lahan Akses Terbuka (LAT), Dinas Lingkungan Hidup Kab Malang bakal luncurkan program Sinergi Pemulihan Lahan Kritis Jadi Tujuan Wisata atau disingkat SI MANIS JUWITA.
Menurut Ahmad Dzulfikar Nurrahman, selaku Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan DLH Kab Malang, SI MANIS JUWITA merupakan program pemulihan lahan kritis untuk dijadikan sebagai tujuan wisata edukatif yang berbasis mandiri energi dan berkelanjutan dengan Konsep pengelolaan kolaborasi pentahelix.
“Nantinya akan dilakukan perbaikan kualitas tanah, penanaman kembali (Reboisasi), penataan tapak(Landscaping) dan pembangunan infrastruktur penunjang yang dikerjakan dan dikelola secara sinergi oleh berbagai pihak. Tidak hanya lintas OPD, tapi nanti akan kita libatkan pihak swasta, akademisi, komunitas dan rekan-rekan media,” paparnya.
Program Si MANIS JUWITA ini, kata Dzulfikar, akan dilaksanakan dengan memilih Njulung Agro Edu Tourism yang berlokasi di Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang sebagai pilot project.
Baca juga: My Darling, Sebuah Program Inovatif Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang
Dipilihnya Njulung sebagai lokus penanganan pertama juga sebagai bentuk komitmen Pemerintah Kabupaten Malang dalam menjawab kritikan terkait model rehabilitasi yg terkesan “hit and run”.
“Jadi Njulung ini akan kita kembangkan dengan konsep yang berbeda dari penanganan sebelum-sebelumnya. kalau biasanya penanganan lebih pada titik reboisasi saja, nanti kami selain melakukan pengkayaan vegetasi juga akan menyiapkan infrastruktur penunjang dan manajemen pengelolaan yang termonitor dalam memaksimalkan keberhasilan rehabilitasi,” terangnya.
“konsern kita sebelum melakukan reboisasi di Njulung ini adalah memaksimalkan ketersediaan air melalui teknologi embung geomembran tadah hujan. Selain itu konsep perputaran ekonomi untuk menunjang operasional paska penanaman akan kita fokuskan di sektor agroindustri, sedangkan income sektor wisata adalah bonusnya,” lanjutnya.
Pengembangan konsep “new” Njulung Agro-edu tourism ini ke depannya diharapkan juga mengangkat potensi desa-desa sekitar khususnya disektor parekraf.
“Hal ini didasari pada posisi Njulung yang berada di antara 2 destinasi wisata yang cukup besar dan lokasinya yang cukup berdekatan, yakni wisata kopirejo dan wisata boonpring,” paparnya.
Program ini diharapkan jadi solusi untuk mengatasi lahan kritis bekas tambang, sehingga selain dapat dipergunakan kembali sebagai lahan produktif, pemulihan lahan kritis berguna untuk menjadikan lahan tersebut sebagai lumbung penyerapan karbondioksida dan penyimpanan karbon yang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca. (*)