Siap Produksi, Enam Motif Batik Khas Kota Surabaya Dipatenkan

Shofy Maulidya Fatihah
Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan Kota Surabaya Fauzie Mustaqiem Yos mengenalkan batik Khas Surabaya/ dok. Pemkot Surabaya
Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan Kota Surabaya Fauzie Mustaqiem Yos mengenalkan batik Khas Surabaya/ dok. Pemkot Surabaya

Salah satu cara untuk memperkenalkan motif batik khas Surabaya itu dengan cara menggelar Spontanz Festival in Collaboration With Batik Surabaya.

“Nanti para artis ibu kota akan menggunakan busana batik khas Surabaya itu,” katanya.

Selain itu, Pemkot Surabaya juga terus memasarkan produk khas Surabaya itu di Surabaya Kriya Gallery (SKG) Reborn. Bahkan, ke depan juga akan ada beberapa acara atau pameran untuk memasarkan enam motif batik khas Surabaya ini.

“Kita juga lagi cari tempat khusus untuk praktek langsung pembuatan batik khas Surabaya itu. Jadi, nanti kalau ada tamu-tamu dari luar kota dan luar negeri, bisa mengunjungi tempat tersebut sekaligus belajar batik dan mengetahui secara langsung proses pembuatannya batik khas Surabaya itu,” tegasnya.

Putu Sulistiani, salah satu pengrajin batik Surabaya dari Batik Dewi Saraswati mengaku sangat senang dan bangga karena akhirnya Surabaya memiliki motif batik khas Surabaya.

Apalagi, Wali Kota Eri dan Dekranasda serta jajaran Pemkot Surabaya sangat intens memasarkan produk-produk batik khas Surabaya, sehingga ini akan menjadi pemacu semangat para pengrajin untuk terus berkarya.

“Kami sangat bangga dan senang karena kita akhirnya punya ciri khas motif batik yang sudah dipatenkan. Tentunya, ke depan teman-teman pengrajin akan menggunakan enam motif batik itu dalam setiap karyanya,” katanya.

Sementara itu, Nuraini Farida, salah satu pengrajin batik yang mencetuskan motif batik Kintir-Kintiran menjelaskan bahwa desain motif batik ini menggambarkan bahwa Surabaya di kelilingi beberapa sungai.

Desain ini juga melambangkan bahwa arek-arek Suroboyo bagaikan aliran air yang bisa mengikuti kemanapun kemajuan zaman, artinya arek-arek Suroboyo bisa berada dalam kondisi apapun untuk memperjuangkan hidup dan cita-citanya.

“Dalam desain Kintir-kintir ini juga ada garis lengkungan dan garis yang bergerigi untuk mewakili aliran sungai dan alam mangrove dengan akar-akarnya yang tampak tajam. Ada pula ornamen Suro dan Boyo dalam bentuk stilasi yang melambangkan arek-arek Suroboyo. Saya juga cantumkan semanggi yang melambangkan cinta dan harmoni, serta ada ornamen garis-garis bambu sebagai lambang perjuangan dan loyalitas. Jadi, semuanya ada maknanya dan itu menggambarkan kota kita tercinta, Surabaya,” pungkasnya. (*)

Total
0
Shares
0 Share
0 Tweet
0 Pin it
0 Share
0 Share
0 Share
0 Share
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post
Keseruan Festival Banjir Tahu Kunir Kidul Lumajang/ Kominfo-lmj/Fd

Potret Festival Banjir Tahu Kunir Kidul Lumajang, Ajang Unjuk Potensi Lokal

Next Post
Sulastri Irwan bersama sang ibu berikan keterangan usai digugurkan sebagai calon Polisi Wanita (polwan) / tajuk24

Anak Petani Akhirnya Lulus Polwan, Usai Digugurkan hingga Viral

Related Posts
Total
0
Share