Wartacakrawala.com – Pernikahan adalah prosesi yang sakral, banyak tradisi yang memiliki filosofi ada di dalamnya. Mulai dari tata cara hingga makanan atau kue khas pernikahan yang kaya akan filosofi.
Salah satu makanan atau kue khas yang selalu ada dalam pernikahan adalah Jenang atau Dodol. Sajian yang dibuat dari santan kelapa, gula, dan ketan ini pun banyak diminati. Rasanya manis dan bentuknya lengket.
Jenang atau dodol tak hanya sebagai pelengkap. Ia juga memiliki filosofi dan makna yang mendalam. Penasaran apa filosofi kue ini dalam pernikahan? Simak penjelasannya berikut ini.
Makna dan Filosofi Jenang atau Dodol
Jenang menjadi salah satu jenis kue tradisional yang biasanya wajib ada di acara pernikahan. Khususnya dalam acara pernikahan adat Jawa.
Teksturnya juga lembut dan lengket karena dibuat dari campuran tepung beras dan tepung ketan . Proses pembuatannya memerlukan waktu berjam-jam.
Baca juga: Sesajen dalam Budaya Jawa dan Filosofi Dibaliknya
Dari proses pembuatan kue yang cukup lama mengandung filosofi yaitu menghadapi kehidupan rumah tangga itu tidak mudah dan tak boleh berputus asa.
Kue ini juga dibuat secara gotong royong, yang menandakan bahwa dalam rumah tangga harus ada kerjasama.
Sudah menjadi tradisi ketika ada warga yang menggelar pesta pernikahan, para tetangga bergotong royong membantu tuan rumah untuk memasak dan menyiapkan makanan. Jika kaum wanita sibuk memasak nasi dan lauk pauk, maka bapak-bapaknya sibuk membuat jenang.
Selain itu teksturnya yang lengket, mengandung filosofi agar pernikahan yang sudah dilakukan awet bertahan hingga ke jenjang pernikahan dan seterusnya hingga mau memisahkan.
Selalu ada hal menarik dan nilai-nilai luhur yang bisa dipetik dari sebuah tradisi. Makna dan filosofi jenang mengandung kebaikan-kebaikan yang diharapkan bisa didapatkan oleh pasangan yang akan mengarungi bahtera rumah tangga.