Wartacakrawala.com – Di Indonesia, salah satu masalah yang cukup menjadi perhatian dan sulit ditangani adalah masalah sampah. Sampah merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, karena setiap manusia pasti menghasilkan sampah.
Sampah sendiri dapat diartikan sebagai suatu buangan yang dihasilkan setiap aktivitas manusia. Meningkatnya tingkat konsumsi dan produksi manusia akan berdampak pada jumlah peningkatan sampah yang ada di lingkungan.
Hampir semua kota di Indonesia mengalami kendala terhadap pengolahan sampah. Kendala tersebut variatif, ada yang terkendala terkait lahan pembuangan sampah, kurangnya rasa tanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkan oleh setiap individu, dan tingkat pelayanan sampah yang masih relatif rendah.
Hal tersebut menjadikan masyarakat memilih membuang sampah mereka ke sungai, selokan, dibakar secara terbuka, ditimbun di pekarangan dan dibuang di tempat umum. Tercatat bahwa Indonesia per hari ini menghasilkan sampah mencapai 67 juta ton. Jenis sampah yang dihasilkan didominasi oleh sampah organik dan sampah plastik atau non-organik.
Daur ulang sampah merupakan salah satu upaya yang diterapkan oleh pemerintah. Daur ulang sampah menjadi salah satu upaya yang dapat mengurangi jumlah sampah. Seperti halnya yang sedang dilakukan oleh Kreasi Daur Ulang (KUDU) yang berada di Kota Batu Jawa Timur ini, komunitas ini dibentuk atas dasar rasa keprihatinan terhadap limbah sampah yang ada.
Baca juga: Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMM Bantu UMKM Terdampak Covid-19
Komunitas ini mendaur ulang sampah menjadi barang yang bernilai kegunaan, seperti pengolahan karung goni menjadi tas, sandal, kotak pensil. Pengolahan bekas kemasan jajan atau sabun cuci baju menjadi gantungan kunci, map kertas, tas, dll.
Tidak hanya sampah jenis non-organik saja, akan tetapi pengolahan sampah organik juga menjadi sorotan. Sampah organik bisa diolah menjadi eco-enzyme yang banyak manfaatnya, seperti menjadi pupuk tanaman, deterjen, untuk bersih-bersih rumah, dan masih banyak lagi.
Komunitas ini juga aktif mengikuti pameran dan seminar di dalam Kota maupun luar kota, dikatakan oleh salah satu anggota KUDU bahwa selain memperkenalkan produk, pameran juga dimaksudkan untuk mengkampanyekan pentingnya menjaga lingkungan.
“Kami juga mensosialisasikan pentingnya lebih bertanggung jawab terhadap sampah mereka dan lebih bisa menilai barang yang mereka konsumsi, bahwa barang tersebut menghasilkan sampah yang sulit terurai atau tidak dan agar bisa meminimalisir jumlah sampah yang berlebihan,” paparnya.
Hal inilah yang mendasari mahasiswa kelompok 49 gelombang 9 PMM Universitas Muhammadiyah Malang belajar bagaimana proses pengelolaan sampah menjadi barang pakai.
“Salah satu yang kami pelajari yaitu proses pembuatan tas dari karung goni bekas dan plastik. Selain mempelajari proses pembuatan tas, kami juga memfotokan produk mereka untuk postingan di media sosial seperti instagram,” terang salah satu mahasiswa PMM UMM.
Tak hanya itu, mahasiswa juga menghadiri pameran yang diadakan oleh Batu TIIATEX Expo 2021 (Pameran Pariwisata, Perdagangan, Inverstasi, UKM, Pertanian dan Perikanan) yang diselenggarakan pada tanggal 24-27 Juni 2021 di Batu Town Square.
Acara tersebut merupakan kegiatan pameran yang bertujuan untuk turut mendukung pemerintah dalam rangka pemulihan dunia usaha dan harapannya pameran ini dapat menjadi saranan penyebaran informasi, promosi, transaksi atas suatu produk serta jasa.
Komunitas KUDU juga ikut serta dalam acara tersebut karena salah satu jalan untuk memperkenalkan produk mereka ke masyarakat umum dan salah satu wadah untuk mengajak masyarakat lebih aware akan pentingnya perhatian terhadap sampah mereka. (*)