Jejak Dakwah Wali dalam Manuskrip Santri, Webinar KKN UIN Walisongo

Avatar
Webinar jejak dakwah wali oleh mahasiswa KKN UIN Walisongo
Webinar jejak dakwah wali oleh mahasiswa KKN UIN Walisongo

Wartacakrawala.com – Mahasiswa KKN Reguler Dari Rumah (RDR) angkatan 77 UIN Walisongo kelompok 140 mengadakan acara webinar keagamaan, yang bertema “Menelusuri Jejak Dakwah Para Wali dalam Manuskrip Santri”, Sabtu (30/10).

Webinar yang dilaksanakan melalui platform Zoom Meeting ini menghadirkan seorang Dosen muda, Nur Ahmad, M.A selaku Dosen Tasawuf di Fakultas Ushuludin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang.

Webinar ini dilaksanakan mulai pukul 10.00 – 11.30  yang dikuti sekitar 50 peserta yang terdiri dari mahasiswa & masyarakat umum.

Diadakannya acara ini bertujuan untuk pentingnya mengetahui sejarah para wali, karena banyak narasi yang sifatnya populer atau tidak valid secara keilmuan.

Dosen pembimbing lapangan (DPL) kelompok 140, Widi Cahya Adi, M.Pd dalam sambutannya mengatakan waktu terus bergulir namun sejarah tetap harus digali supaya apa? agar kita bisa mengetahui perjuangan dan menghargai para tokoh- tokoh pendahulu.

“Dan kita harus mengambil nilai-nilai yang sudah ada pada zaman dulu dan harus bertahan jangan sampai kegerus,” paparnya.

Baca juga: Ini Dia Jenang Asli Desa Losari, Mahasiswa KKN UIN Walisongo Turut Membantu Pembuatannya

Nur Ahmad selaku narasumber membahas beberapa point diantaranya yaitu: Sebuah Pra-Kondisi Kolonial?, Manuskrip Santri vis a vis Manuskrip Keraton, The Power of Narrative: Critics to Historicism, dan yang terakhir adalah Ajaran Sunan Kudus: Sebuah Projek Intelektual.

“Contoh lain adanya Manuskrip Sunan Kudus dalam konteks bukan matan utuh tetapi marjinaliyah atau catatan pinggir yang berasal pada abad ke-17 dimasa Syekh Yusuf. Ini adalah Manuskrip 101 yang berasal dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia didalamnya berisi ajaran-ajaran Sunan Kudus,” jelasnya.

Dalam hal ini, ajaran Sunan Kudus pada MS 3050 adalah pemaknaan sufistik atas ibadah, filsafat penciptaan alam aemesta, dan mengikuti Ahlussunnah Wal Jamaah. Didalamnya misalnya mengatakan

“Barang siapa mengingkari apa yang diajarkan Sunan Kudus ini, maka berarti mereka mengingkari 4 Madzhab Fiqih yaitu Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Hambali dan Imam Syafi’i,” kutipnya.

Bapak Nur Ahmad selaku narasumber berharap kepada pemuda-pemuda penerus bangsa mau membuka dan mau belajar tulisan Hanacaraka dan tulisan pegon untuk bisa mengakaji para wali.

Hal ini karena manuskripnya sejak abad ke-16 sudah hadir tulisan pegon dalam konteks para wali sebelumnya juga ditulis dengan aksara hanacaraka, jadi ini tidak bertentangan tetapi saling melengkapi dalam konteks asubkultur yang berbeda. (*)

Penulis: Naila Shiffa Aulia, Anggota KKN 140

Total
0
Shares
0 Share
0 Tweet
0 Pin it
0 Share
0 Share
0 Share
0 Share
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post
Mahasiswa KKN UIN Walisongo membantu pembuatan jenang

Ini Dia Jenang Asli Desa Losari, Mahasiswa KKN UIN Walisongo Turut Membantu Pembuatannya

Next Post
Usai pelaksanaan seminar investasi saham berbasis syariah

Mahasiswa KKN UNSIKA Dorong Atlet Dayung Manfaatkan Investasi Saham Syariah

Related Posts
Total
0
Share