Kontroversi FIFA dalam Pencampuran Urusan Politik

Avatar
Muhammad Ryvadh Alwi, Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang
Muhammad Ryvadh Alwi, Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang

Wartacakrawala.com – FIFA (Federation of International Football Associattion), merupakan suatu organisasi internasional olahraga dalam cabang sepakbola yang mengakuisisi serta memimpin asosiasi sepakbola seluruh dunia.

Dalam empat tahun sekali, FIFA selalu mengadakan suatu acara besar sepakbola yaitu Piala Dunia. Piala Dunia sendiri dipartisipasi oleh 32 negara dari berbagai benua melalui system kualifikasi zona benua. Yang mana, dari hasil kualifikasi antar benua tersebut tak lain untuk memperebutkan slot yang berisi empat tim dalam satu grup.

Selain Piala Dunia, FIFA juga menaungi event asosiasi sepakbola benua-benua lainnya seperti Piala Eropa atau UEFA Euro, Piala Amerika atau CONCACAF, Piala Afrika atau AFCON, serta Piala Asia atau AFC. Masing-masing kejuaraan tersebut juga diadakan selama empat tahun sekali diluar jadwal Piala Dunia yang sama-sama diadakan empat tahun sekali.

Dari penaungan kejuaraan-kejuaraan sepakbola tersebut, tentu saja FIFA bergerak diluar politik. Bahkan, FIFA menegaskan untuk tidak mengkaitkan politik dengan sepakbola seperti contoh beberapa kasus diantaranya ketika Mesut Ozil speak-up di akun Instagramnya tentang penindasan kaum Muslim Uyghur di China. Selain mendapat teguran dari pihak FIFA, perusahan-perusahan media siar China tidak mau menayangkan bahkan memblokir pertandingan dimana dalam pertandingan tersebut terdapat Mesut Ozil, yang mana waktu itu Mesut Ozil membela raksasa London, Arsenal.

Baca juga: Membungkus Rusia-Ukraina dalam Misi Perdamaian Global

Demi mendapatkan pemasukan berupa hak siar terutama dari media-media China, pihak Arsenal memberi kebijakan kepada Arsenge Wenger untuk tidak mengikutsertakan Mesut Ozil kedalam starting line-up bahkan substitusi. Selain mendapat balasan kritik dari perusahan media siar China, beberapa perusahan game sepakbola bahkan menghapus Mesut Ozil dari daftar pemain di game yang mereka akuisisi.

Kasus lainnya yaitu Ketika kualifikasi Piala Dunia zona Asia ditahun 1958. Dimana disaat itu timnas Indonesia. Dilansir dari CNN Indonesia, setelah memastikan lolos ke babak kedua, Timnas Indonesia ditempatkan dalam satu grup bersama Israel, Mesir, dan Sudan. Jika bisa lolos dari fase ini, Timnas Indonesia punya peluang lolos ke babak play off bersua wakil Eropa untuk memperebutkan satu tiket final ke Swedia.

Namun, peluang untuk selangkah lebih dekat ke Piala Dunia 1958 tidak diambil Indonesia. Berdasarkan informasi yang dimuat di laman resmi FIFA, Timnas Indonesia memutuskan mundur dari babak Kualifikasi Piala Dunia 1958 karena tidak mau menghadapi Israel karena alasan politis. Timnas Indonesia menolak bertanding di kandang Israel. Permohonan untuk menggelar pertandingan di tempat netral juga diajukan oleh Indonesia tetapi ditolak oleh FIFA.

Selain menolak untuk bertanding melawan Israel pada kualifikasi piala dunia, Indonesia juga merupakan negara pertama yang memboikot Israel pada ajang ASIAN games 1974 di Bangkok. Dilansir dari New York Times, Pemboikotan ini bahkan bukan dilakukan oleh tuan rumah, melainkan langsung dilakukan oleh Asian Games Federation (AFG), selaku organisasi resmi Asian Games. Pemboikotan ini membuat Presiden Komite Olimpiade Israel Joseph Inbar marah besar. Namun, AFG menyangkal dan dengan alasan utama memiliki (Dewan) tujuh negara Arab dan China dan mereka ingin mendepak Israel, seperti diberitakan Peterburg Times 26 Juli 1976.

Akhirnya pada tahun 1982, ketika Asian Games digelar di India, bahkan AFG tak memasukkan nama Israel di dalamnya, kebijakan ini diperkuat dengan keluarnya kebijakan IAAF (Federasi Atletik Amatir International). Putusan tersebut dihasilkan dari kongresnya pada tahun 1983, menyebutkan “Voting Kongres menghasilkan 374-10 untuk keputusan mendukung Asian Games melarang Israel tampil di Asian Games 1982,”dilansir New York Times. Akibat boikot besar-besaran tersebut kini Israel kesulitan tampil di pentas Asian Games, bahkan ditolak dalam beberapa ajang seperti Mediterranean Games (1951) dan Arab Games (1974).

Sumber dari segala masalah yang diterima Israel adalah sikap mereka yang dianggap sebagai penjajah oleh kebanyakan negara lainnya. Pasalnya seperti diketahui, Israel menjadi negara yang terus menyerang Palestina demi memperebutkan wilayah.

Hal tersebut jelas menyulut emosi negara-negara Arab lainnya. Salah satu momen yang membuat negara-negara di Asia marah adalah ketika pada tahun 1967, terjadi perang enam hari yang melibatkan Mesir, Jordania dan Suriah, yang kala itu masih dinamai sebagai Republik Arab Bersatu dengan Israel sebagai lawannya.

Total
0
Shares
0 Share
0 Tweet
0 Pin it
0 Share
0 Share
0 Share
0 Share
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post
Kanit Binmas Polsek Kalipare AIPDA Mawan bersama Bhabinkamtibmas Kalipare Bripda Ryan Deas memberikan penyuluhan wawasan kebangsaan dan pembinaan

Polsek Kalipare Berikan Pembinaan Terhadap Siswa-Siswi SMK dan MTS Shifa Kalipare

Next Post
Global Marketing and The Digital Revolution oleh Elok Erlyna Syafitri, Renny Nur Purnama Dewi, Muhammad Agus A

Global Marketing and The Digital Revolution

Related Posts
Total
0
Share