Wartacakrawala.com – Macetnya pertumbuhan ekonomi Inggris menyebabkan inflasi melambung tinggi. Bahan-bahan pokok yang mahal dan bahkan naiknya tagihan energi pada masyarakatnya menjadi dampak akan keruntuhan ekonomi Inggris. Hal ini membuat masyarakat Inggris geram dan pada tanggal 28 September 2022 aksi demonstrasi yang dihadiri ribuan masyarakatnya.
Membawa aspirasi yang yaitu krisis biaya hidup. Berkenaan dengan musim dingin yang datang, masyarakat Inggris mau tidak mau harus menghemat pengeluaran biaya energi dan menggantikannya dengan kayu untuk menghangatkan di tengah gempuran musim dingin yang melanda. Naiknya biaya energi Inggris salah satunya disebabkan oleh pemutusan penyaluran gas oleh Rusia sebagai bentuk balasan atas sanksi yang diterimanya.
Tak sendirian, banyak negara di Eropa menghadapi krisis energi yang mengakibatkan kekurangan pada musim dingin. Ini menjadi kekhawatiran bahwa Inggris mungkin tidak dapat mengimpor pasokan gas yang cukup untuk negara tersebut.
National Grid, sebuah lembaga yang mengelola distribusi energi dan gas mengkonfirmasi bahwa mereka telah melakukan tender untuk meningkatkan pasokan gas. Krisis energi Inggris otomatis membawa berita buruk kepada stabilitas ekonomi domestik hingga terjadi pergantian Perdana Menteri sebanyak dua kali dalam waktu yang singkat.
Baca juga: Korean Wave sebagai Bentuk Diplomasi dari Budaya ke Ekonomi Indonesia
Liz Truss, pengganti dari Perdana Menteri sebelumnya yaitu Boris Johnson memutuskan untuk mengundurkan diri setelah baru menjabat selama 45 hari. Problematika pengambilan kebijakan pemangkasan pajak penghasilan merupakan kontroversi awal yang ditanggung oleh Liz Truss. Carut marutnya ekonomi inggris mengalir hingga di ambang resesi.
Banyaknya warga yang mengurangi makan hingga parahnya menjadi pekerja seks demi bisa membeli bahan bakar minyak dan tagihan energi lainnya yang melambung tinggi. Tak dapat dipungkiri, kontribusi Inggris terhadap perang Ukraina – Rusia menjadi sebab utama dari hancurnya ekonomi Inggris. Mengirimkan dana sekitar 474 M dan 6000 rudal, Inggris memainkan peran dalam membantu invasi Rusia.
Keterlibatan Inggris merupakan bentuk ikatan dari keanggotaan NATO yang memiliki prinsip utama “melindungi negara anggota dari serangan oleh pihak lain dan penyerangan terhadap salah satu anggota NATO sama dengan menyerang seluruh anggota” dari hubungan keamanan antara negara-negara yang terletak di kawasan Atlantik Utara. Di sisi lain, upaya ukraina untuk masuk keanggotaan NATO yang dihalangi oleh Rusia dengan dalih stabilitas keamanan kawasan memicu panasnya hubungan antara negara-negara yang tergabung dalam keanggotaan NATO.
Boris Johnson menyatakan “Kami tak bisa dan tak akan berdiam diri sementara Rusia menghancurkan kota-kota (Ukraina).”
Upaya Inggris terhadap invasi yang terjadi Ukraina teramat kental meskipun keadaan ekonominya menjadi kacau. Berbagai kebijakan telah dibuat untuk mengatasi gejolak permasalahan negara tetapi jurang retardasi sulit dibendung.
*)Penulis: Audhyto Cesaro Kressa
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi Wartacakrawala.com
*)Opini di Wartacakrawala.com terbuka untuk umum
*)Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim