Wartacakrawala.com – Minyak jelantah adalah limbah yang berasal dari minyak yang mengalami proses pemanasan berkali-kali sehingga menjadikan kandungan asam lemak jenuhnya semakin tinggi. Oleh karena itu dapat diartikan juga dengan kata lain minyak tersebut telah rusak. Minyak jelantah memiliki PH 5-6 yaitu bersifat asam (Bhawika et al., 2015).
Minyak jelantah yang dikonsumsi dapat menimbulkan dampak serius bagi kesehatan. Adapun dampak ataupun bahaya konsumsi minyak jelantah bagi kesehatan antara lain dapat memicu berbagai penyakit serius yang mematikan seperti penyakit jantung, stroke, dankanker.
Hal ini disebabkan selama pemanasan minyak yang berulang-ulang dengan suhu yang tinggi mencapai 170° – 180° dalam waktu yang cukup lama selama proses penggorengan. Dalam proses ini menyebabkan terjadinya oksidasi, hidrolisis dan polimerisasi yang menghasilkan senyawa – senyawa hasil degradasi minyak seperti keton, aldehid dan polimer yang merugikan kesehatan manusia.
Proses tersebut menyebabkan minyak mengalami kerusakan dan apabila dikonsumsi secara terus menerus dapat memicu pertumbuhan kanker hati dikarenakan kerusakan utama dari minyak jelantah tersebut yaitu timbulnya bau dan rasa tengik dari minyak tersebut.
Bahaya lainnya pada limbah minyak jelantah yaitu terdapatnya senyawa karsinogenik pada minyak jelantah yang dibuktikan dari bahan pangan berlemak yang teroksidasi yang menimbulkan resiko kolestrol darah yang semakin tinggi serta vitamin A, D, E, dan K yang larut didalamnya ikut rusak.
Tak hanya itu, dampak berbahaya lainnya yaitu terbentuknya senyawa yang menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan yang sering dikenal sebagai senyawa acrolein yang bersifat racun(Kapitan, 2013).
Baca juga: Pengembangan Potensi UMKM dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Oleh karena itu, mahasiswa PMM (Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa) kelompok 31 gelombang 18 Universitas Muhammadiyah Malang yang bertempat di Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang melaksanakan pelatihan keterampilan pengolahan limbah minyak jelantah.
Ide kreatif tersebut direalisasikan dengan membuat lilin ramah lingkungan. Tak hanya itu, mahasiswa juga melakukan edukasi mengenai pengelolaan limbah minyak jelantah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat agar tidak membuang limbah sembarangan.
Masyarakat di Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang banyak berwirausaha sebagai pengusaha kuliner berupa menjual gorengan hingga warung makan. Sehingga upaya mengolah limbah minyak jelantah menjadi lilin dapat menjadi alternatif income dan menstimulasi jiwa wirausaha.
Nantinya, hasil inovasi limbah minyak jelantah yang diolah menjadi lilin dapat dimanfaatkan sebagai upaya penghematan pengeluaran dari segi bahan pembersih.
Untuk membuat lilin ini, Anda hanya harus menyiapkan empat bahan yaitu piring beling, kapas, minyak goreng, dan korek gas. Setelah keempat bahan tersebut telah siap, kapas yang tadi digulung lalu diletakan di atas piring.
Kemudian, kapas yang sudah diletakan tadi disiram dengan minyak goreng. Terakhir, bakar ujung kapas dan jadilah lilin darurat. Selain menggunakan kapas, juga bisa menggunakan cotton bud untuk dijadikan sumbu lilin yang akan Anda buat.
Sementara itu, untuk mempercantik kreasi tersebut, Anda hanya harus menyiapkan batu atau manik-manik untuk mempercantik tampilan lilin. Hal yang pertama harus dilakukan adalah dengan mengisi dasar gelas dengan batu atau manik-manik tadi. Kemudian letakkan dengan tegak 1 cotton bud dibagian tengahnya.
Selanjutnya isi air, kira2 3/4 gelas dan minyak goreng di bagian atasnya sampai sedikit mengenai cotton bud. Anda bisa menggunakannya lilin darurat ini selama berhari-hari. Jika sisa minyak yang disiram ke kapas tadi sudah mau habis dan masih mau dipake, Anda cukup menambahkan minyak gorengnya. Dan api bakal mati sendiri ketika minyaknya habis. (*)