Pemilihan dilakukan dimulai dari pukul 06.00 s/d 13.00 WIB, setiap dua jam sekali panitia mengunggah hasil real count, warga juga dipersilahkan untuk melihat langsung melalui infokus yang disediakan di titik kumpul. Hasil pemilihan diterima dengan baik, warga juga senang dapat melihat langsung bagaimana proses verifikasi data secara sah, hingga bagaimana menindaklanjuti suara yang tidak sah.
Warga merespons sangat baik pada gelaran pemilihan ketua RT yang dilaksanakan secara E-Voting ini. Selain tidak membutuhkan waktu lama, juga melatih untuk adaptasi kebiasaan baru di era digital. Salah seorang pemilih, Bp. Sutrisno menyatakan senang dengan cara pemilihan online.
“Pada awalnya saya merasa sangsi dengan pemilihan online ini, takutnya ada modifikasi, disebarin ke sodara-sodaranya buat milih gitu, namun ternyata mantap,” ujarnya.
“Tidak perlu antre, jadi tidak butuh waktu lama. Hingga bisa melanjutkan aktivitas lain. Aplikasinya juga sederhana, jadi tidak bingung,” ungkap Bp. Bambang dengan antusias.
Warga lainnya Bp. Titon juga memberikan respon positif, “saya kira kita bisa milih berkali-kali gitu, ternyata kalo sudah submit ya cuman satu kali doang, aman banget kalo gitu”.
Rizki Hikmawan, S.Pd., M.Pd., menyimpulkan bawah aplikasi untuk masyarakat dapat direalisasikan dengan cost effective, “Tidak perlu dana besar untuk membuat sistem dengan skala jangkauan yang kecil, namun tetap memperhatikan aspek tepat guna dan menawarkan kemudahan kepada masyarakat,” ungkapnya.
Baca juga: Direvitalisasi, Tidak Hanya Jadi Museum, Lokananta Bakal Disulap Jadi School of Music
Syifaul Fuada, S.Pd., M.T., Dosen Sistem Telekomunikasi UPI Purwakarta yang juga salah satu warga RT 15 mengungkapkan hal yang krusial adalah menaruh kepercayaan kepada masyarakat tentang teknologi itu sendiri.
“Hal yang terpenting dalam menerapkan e-voting adalah adalah transfer informasi kepada masyarakat agar memiliki kepercayaan terhadap aplikasi tersebut pertama kalinya agar legowo menerima penetrasi TI untuk mendukung proses demokrasi karena umumnya menggunakan metode konvensional (kertas dibalik bilik suara),” ungkapnya.
Rizki menambahkan dalam pemanfaatan IT untuk voting ketua RT, terdapat beberapa polemik yang umumnya muncul di masyarakat, seperti ketidakpercayaan terhadap pemilihan online, kesangsian keaslian DPT, modifikasi jumlah suara, link digunakan oleh orang tidak bertanggung jawab, hingga khawatir adanya buzzer.
“Maka dari itu, kami menggelar sosialisasi e-voting yang telah dibuat secara langsung diikuti masyarakat sebelum hari-H, terlihat mereka antusias dengan banyaknya yang hadir,” terangnya.