Wartacakrawala.com – Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang ditujukan kepada anak sejak usia 0-6 tahun untuk memberi rangsangan kepada anak agar pertumbuhan dan perkembangannya, berkembang secara optimal dengan harapan anak memiliki kesiapan untuk menuju pendidikan lebih lanjut. Anak usia dini biasa juga disebut dengan golden age atau masa keemasan, dimana masa keemasan ini adalah masa pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini berkembang dengan pesat.
Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan tentang kurikulum 2013 pendidikan anak usia dini, nomor 146 tahun 2014 pada pasal 1 (satu) menjelaskan bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini yang selanjutnya disingkat PAUD, merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.”
Rangsangan yang dapat diberikan kepada anak usia dini meliputi 6 aspek perkembangan. Keenam aspek perkembangan tersebut diantaranya ialah; aspek perkembangan nilai agama dan moral, aspek perkembangan sosial emosional, aspek perkembangan kognitif, aspek perkembangan fisik motorik, aspek perkembangan bahasa, dan aspek perkembangan seni. Dari keenam aspek tersebut kognitif sangat penting untuk selalu di kaitkan dalam pembelajaran sehari-hari pada anak.
Aspek perkembangan kognitif merupakan kemampuan anak dalam berpikir untuk memahami informasi, mengolah informasi, serta memecahkan masalah sehari-hari. Perkembangan kognitif pada anak dapat di stimulus sejak usia dini, salah satunya dengan mengenalkan bilangan dan lambang bilangan pada anak usia dini.
Baca juga: Siap Produksi, Enam Motif Batik Khas Kota Surabaya Dipatenkan
Pada kenyaataannya pengenalan bilangan dan dan lambang bilangan pada anak usia dini sering kali anak di stimulus atau dikenalkan dengan cara berhitung dengan menggunakan jari atau juga dengan menulis angka di buku sebanyak-banyaknya. Kegiatan tersebut akan membuat anak lebih cepat bosan karena dianggap tidak menarik bagi anak. Kegiatan pengenalan bilangan dan lambang bilangan dapat dikenalkan melalui berbagai cara yang menyenangkan bagi anak salah satunya dengan media pembelajaran yang menarik untuk anak.
Pengenalan bilangan dan lambang bilangan pada anak usia dini dapat dikenalkan dengan media sederhana seperti media kantong angka. Media kantong angka di desain dengan sederhana menggunakan bahan dan peralatan yang mudah kita temui di sekitar kita.
Alat dan bahan untuk membuat media kantong angka yaitu; kertas karton, aqua gelas plastik, lem lilin, stik es krim, gambar sesuai dengan tema, kertas origami atau kertas bufallo, kertas glossy, pensil, dan gunting.
Cara pembuatan media kantong angka:
-Potong kertas karton sesuai ukuran yang diinginkan
-Tempelkan menggunakan lem kertas glossy pada kertas karton
-Ambil aqua gelas plastik, kemudian lem pada kertas karton menggunakan lem lilin
-Ambil kertas origami kertas origami, tulis angka dan huruf untuk hiasan pada media tersebut
-Guntinglah angka dan huruf yang sudah di desain tersebut, kemudian tempelkan angkanya diatas gelas aqua plastic
-Untuk lambing bialangan, guru bias mendesain gambar pada laptop atau kompoter sesuai dengan tema yang akan diajarkan pada saat itu, kemudian gunting dan tempelkan pada stik es krim.
-Cara penggunaan media kantong angka:
-Guru bisa menggunakan kartu angka atau dengan menggunakan media angka dari laptop, dengan bantuan aplikasi wheel of names.
-Pada media aplikasi wheel of names anak diajak untuk memencet tombol enter pada laptop, kemudian menunggu angka berapa yang akan muncul pada aplikasi tersebut.
-Setelah angkanya muncul, misalnya keluar angka 6, maka anak akan menyusun gambar pada media kantong angka yang bertuliskan 6 dengan jumlah yang sesuai.
Tujuan dari penggunakan media angka ini adalah untuk perkembangan kognitif pada anak usia dini dalam upaya peningkatan kemampuan pemahaman konsep bilangan dan lambang bilangan pada anak. Agar anak tidak terpaku pada buku dan pensil, karena sejatinya anak usia dini belajar dengan bermain, dan bermain seraya belajar.
*)Penulis: Ica Maratus Sholichah, S.Pd
