Wartacakrawala.com – Quarter life crisis merupakan fenomena umum yang dialami banyak orang pada saat memasuki awal fase dewasa.
Oang yang berhadapan dengan fenomena ini adalah mereka yang tidak menyiapkan diri secara sepenuh hati serta tidak mempersiapkan diri secara sadar untuk menghadapi masa depannya.
Demikian disampaikan oleh Nukman dalam webinar yang dilaksanakan Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Sabtu (25/09).
Quarter life crisis menurut Robbins dan Wilner adalah krisis identitas yang berasal dari transisi dunia anak ke dunia dewasa.
Mahasiswa misalnya, banyak sekali mahasiswa mengalami fenomena ini dan dialami mulai semester 3 hingga pasca kelulusan.
Umumnya terdapat sejumlah ciri-ciri dari fenomena ini; cemas ( cemas terhadap masa depan yag belum pasti (berusaha cari kerja, bimbang banyak pilihan, keoutusan2 akan menjdi pijakan pertama untuk menentukan kita suatu saat seperti apa), dan tertekan.
Lebih jauh, perasaan bimbang, putus asa (tidak sesuai harapan), Penilaian diri negatif (merasa tidak pantas dengan org lain, sehingga akan merasakan konsep diri kita yg rendah, citra yang buruk), dan Khawatir terhadap hubungan intrapersonal juga merupakan ciri dari quarter life crisis.
Baca juga: Gelar Webinar, Dema Fakultas Psikologi UIN Maliki Kaji Cara Hadapi Quarter Life Crisis
Selain itu, Quarter Life Crisis juga memiliki fase-fase krisis yaitu: menjadi anak-anak untuk mempersiapkan diri untuk sekolah, menjadi remaja mandiri yang siap memasuki dunia kerja, dan menjadi dewasa berkarir , berkeluarga, sendiri.
Lalu bagaimana cara menghadapinya?
Kunci sukses dalam menghadapi quarter life crisis yaitu memiliki kepercayaan diri dan mengetahui apa yang harus dilakukan dan fokus pada target dan melanjutkan target.
Selain itu, penting juga bagi kita untuk mempersiapkan diri menjadi pribadi yang lebih baik. Terdapat tiga langkah yang bisa kita lakukan diantanya;
Personal branding (memberikan merek terhadap diri kita)
3 kriteria sukses personal branding: yang pertama menggabungkan passion dan talent. passion bukan bawaan dari lahir tetapi dipelajari sedangkan talent itu bakat atau pemberian tuhan, tanpa dipelajari. Yang kedua sukses membawa kita mulia yang powerfull. Yang ketiga meningkatkan kepercayaan dan respect antar sesama.
Konsistensi perilaku (sebaik apapun tanpa ada konsistensi percuma, jika sudah punya tujuan harus memiliki konsisten. Konsisten adalah kunci di dalam melakukan segala kegiatan)
Memperjuangkan sesuatu (ketika ingin mendapat sesuatu ada hal baik untuk diperjuangkan untuk banyak orang tidak hanya diri sendiri) ketika punya sesuatu yang diperjuangkan
“Kalian harus mempunyai peta jalan untuk mencapai impian, harapan, dan cita-cita kalian,” Lanjut Nukman.
Menurutnya, jika seseorang tidak memiliki kesiapan untuk menghadapi masa depan, maka dimungkinkan orang tersebut akan menghadapi quarter life crisis.
“Jangan banyak takut dalam hidup namanya hidup tidak akan mulus-mulu saja. Jangan takut gagal, teruslah mencoba, sehingga kita memiliki kesiapan lebih,” pesannya. (*)