“Sudah saatnya generasi NU bangkit, dekat dan paham dengan dunia digital. Mempelajari teknologi harus telaten, dalam mengasah skil harus tekun karena yang dibutuhkan oleh globalis sekarang adalah mereka yang memiliki kreativitas dan inovasi di sektor teknologi,” terangnya.
Lebih lanjut, ia menambahkan, banyak aplikasi besar seperti gojek, bukalapak, tiktok, facebook, ruang guru dan lainya merupakan hasil inovasi dari kaum milenial.
“Bukan tidak mungkin sepuluh tahun ke depan, kaum intelektual dari kalangan santri juga bisa meramaikan sektor digital dengan melahirkan aplikasi yang tentu akan bermanfaat bagi umat,” imbuhnya.
Selain itu, Ia mengingatkan generasi muda NU agar belajar memanfaatkan platform digital yang ada seperti YouTube, Facebook, Tiktok, Instagram dan media sosial lainya. Melihat fungsinya, media sosial dapat menjadi media promosi gratis.
Di pesantren ada banyak yang bisa dieksplore seperti bakat serta prestasi yang dimiliki santri, kegiatan mengaji dan kegiatan positif lainya yang dapat dibagikan ke publik. Melalui konten-konten yang dishare harapanya lembaga tersebut makin dikenal oleh masyarakat.
“Peran santri di era postruth seperti sekarang juga tak kalah pentig mengingat banyaknya infromasi hoaks atau ujaran kebencian yang tersebar. Rendahnya pemahaman masyarakat terkait literasi digital memperkeruh keadaan. Keadaan tersebut jika dibiarkan terus menerus pastinya akan melahirkan kegaduhan tanpa henti. Untuk menangkalnya, Nu dan generasi muda Nu dapat memanfaatkan media sosial yang ada dengan mempublikasikan konten-konten dakwah yang kreatif dan menghadirkan informasi yang aktual dan dapat di percaya,” tambahnya.
Baca juga: Perkuat Bahasa Asing Siswa Kelas Idaman SMA An Nur, EAC Gelar Acara Big Show
Melihat keadaan yang ada sekarang, Ia kemudian berkelakar jika tuhan kedua manusia sekarang adalah Google. Di Google segala yang kita cari selalu ada dan nasib negeri ini tergantung dua jempolnya masyarakatnya. Dunia ada dalam genggaman.
“Ini semakin diperkuat dengan hasil sebuah penelitian jika handphone adalah teknologi yang sering digunakan dan aplikasi whatsap adalah media sosial yang paling banyak digunakan atau yang populer kemudian diikuti oleh aplikasi media sosial lainya. Akan sangat baik jika publik menggunakan teknologi pada tupoksinya namun akan sangat berbahaya jika sebaliknya yang terjadi,” sambungnya.
Sebelum menutup materinya, ia kembali mengajak peserta seminar, santri, generasi muda NU dan pondok pesantren untuk menyambut masa keemasan Nu yang akan berusia satu abad dengan terus semangat memanfaatkan media digital apapun baik dalam berdakwah maupun dalam aktivitas positif lainya.
“Saatnya santri Nahdlatul Ulama’ bangkit untuk terus meraih prestasi dan berpacu mengembangkan inovasi dan kreasi di bidang digital,” pungkasnya. (*)
*)Pewarta: M. Ramlin