Wartacakrawala.com – Pemahaman dan penghayatan nilai-nilai kebangsaan dewasa ini sangat perlu ditingkatkan kembali. Himpitan ideologi besar dunia yang dahulu bersama kita rasakan tidak berarti apa-apa pada dekade abad XI ini. Berbagai macam persoalan dari segala aspek kehidupan menjadi perbincangan hangat dari tingkat elit hingga Rakyat.
Ancaman disintegrasi bangsa mulai dapat kita rasakan dengan balutan kepentingan berbungkus kebenaran Agama, Etnis, dan Suku mulai kembali merebak. Namun disisi lain hal ini juga diperparah oleh individu-individu yang sebenarnya belum siap menerima derasnya aliran informasi seperti saat ini alhasil banyak sekali iniformasi yang dipercaya begitu saja tanpa ada pemikiran kritis untuk mempertanyakannya artinya peka bersosial media.
Kemajuan teknologi informasi masih menjadi primadona dalam kehidupan sehari-hari selain dari kontennya yang sangat menarik juga kita dapat mengakses apapun untuk mencari informasi atau hanya sekedar berdiskusi kecil pada forum-forum online yang tersedia. Penggalian informasi yang sangat mudah ini tidak banyak orang yang mengimbanginya dengan pemikiran kritis mereka, orang cenderung mengkonsumsi informasi dengan begitu saja.
Orang-orang yang hanya mendapat informasi begitu saja tanpa pemikiran kritis dapat dengan mudah terhasut oleh pelaku tindak kejahatan dunia maya mulai dari penawaran hadiah, pulsa atau vocer gratis hingga pemahaman baru terhadap ideologi tertentu yang salah dan di manfaatkan oleh sebagian kelompok untuk kepentingan kelompok tersebut.
Baca: Pentingnya Refleksi Akhir Tahun
Keasikan bersosial media nampaknya sudah tidak dapat kita hindari lagi. Pada satu sisi sosial media menjadi sebuah kekuatan kelompok masyarakat untuk bersatu dalam hal yang positf. Namun jika kita pelajari betul tidak hanya hal positif saja yang dapat kita rasakan melainkan ada hal-hal negatif juga sebagai contoh sosial media digunakan untuk berhimpun melakukan tindakan kriminal hingga bertransaksi sesuatu yang dilarang bahkan sangat dilarang sebut saja narkoba dan perdagangan manusia.
Cerdas dan slektif dalam bersosial media menjadi kunci utama dalam kehidupan sehari-hari. Banjir informasi dalam sebuah alat canggih bernama smart phone juga dapat kita manfaatkan sebesar-besarnya untuk mengasah kemampuan kita melihat kondisi Bangsa, kawasan Regional atau bahkan Dunia. Keinginan kita untuk mencari sumber informasi atas kondisi yang terjadi di dunia dapat kita kaji melalui informasi yang saat ini ada dan dapat kita akses dengan mudah dengan sosial media dan internet. Ketidak adilan yang terjadi dipalestin, tragedy kemanusiaan yang terjadi di belahan Dunia, bencana alam, pelanggaran HAM dapat kita suarakan melalui sosial media. Namun pisau analisa yang belum diasah membuat kita kerap kali tidak lagi peduli dengan kondisi sekitar atau lebih besar kondisi kebangsaan karena pemanfaatan sosial media hanya digunakan untuk saling mencaci, saling menghina, memfitnah atau hanya digunakan untuk kesenangan individu belaka kemudia dipemerkan melalui etalase sosial media.
Ketidak pekaan atas kondisi sosial yang terjadi akhir-akhir ini menyebabkan sebuah gejala sosial baru ditengah kehidupan masyarakat. Rasa saling menghormati dan menghargai dalam diskusi online disosial media telah menjadi sesuatu yang langkah, setiap saat diskusi tersebut berisi ajang unjuk kekuatan atas kelompok dan golongannya masing-masing. Sikap oportunis hingga menyebabkan sikap etnosentrisme yang tumbuh dengan subur menjadi gejala sosial yang sangat dan segera kita perbaiki bersama. Ada sebuah pepata tua dalam budaya jawa yang berbunyi jangan menunggu rumah ambruk untuk memperbaiki genteng yang bocor, pepatah ini sangat tegas mengatakan ambillah tindakan sedini mungkin sebelum kejadian yang lebih besar menghancurkan rumah kita ini.
Budaya literasi yang sangat lemah juga menjadi penyebab kisruhnya percakapan disosial media. Ini bisa kita lihat dengan dialog yang dibangun atas dasar egosentrisme semata satu dengan yang lainnya berargumen tanpa dasar dan cenderung ngeyel. Gejala semacam ini pada titik yang akut nanti akan menjadi ancaman yang serius terhadap hubungan horizontal antar masyarakat. Melalui sosial media seharusnya masyarakat kembali bersatu untuk peduli terhadap kondisi bangsa dan kondisi masyarakat lainnya. Sosial media seharusnya bukan hanya menjadi ajang narsis dan kemudian di tampilkan untuk publik dengan tujuan mendapat pegakuan publik atas hal keseharian yang dilakukan oleh setiap individu melainkan sesuatu yang lebih besar dan bermanfaant dapat kita lakukan melalui sosial media.