Wartacakrawala.com – Komnas Perempuan menyebutkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) atau domestic violence merupakan kekerasan berbasis gender yang terjadi di ranah personal. Menurut data terbaru yang diunggah oleh KemenPPPA (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) kasus KDRT tahun ini saja sudah mencapai 18.916 kasus, dengan 76% korbannya adalah perempuan.
Namun, sadarkah kita bahwa Kekerasan dalam rumah tangga bukan hanya berdampak pada psikologis korban yang mengalami kekerasan secara langsung, tapi juga bisa mengganggu tumbuh kembang anak yang tinggal dalam lingkup keluarga yang mengalami KDRT. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat teraman dan nyaman untuk anak justru meninggalkan kenangan buruk yang bisa mempengaruhi mentalnya hingga.
Lebih jauh lagi, KDRT ini dapat berpengaruh pada tingkat belajar anak di kelas. Sebagai seorang mahasiswi pendidikan dan juga pengajar, dalam pembelajaran di kelas, saya seringkali melihat perbedaan yang cukup signifikan pada anak-anak yang berasal dari keluarga harmonis dengan anak-anak yang berada dalam lingkup keluarga KDRT.
Mereka yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang kurang harmonis biasanya berperilaku lebih agresif dan sulit diatur, namun ada juga yang justru lebih pasif dan terkesan menutup diri dari orang lain. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada tingkat belajar dan prestasi anak di kelas.
Baca juga: Politik Jungkir Balik
Saya rasa, perbedaan sikap anak-anak yang menjadi korban tidak langsung dari KDRT ini dikarenakan anak yang seharusnya mendapatkan hak-haknya, justru harus kehilangan masa kecil mereka karena adanya KDRT. Masa kecil yang seharusnya jadi usia emas anak untuk berkembang dan mengeksplor diri lebih luas malah meninggalkan trauma dan mempengaruhi cara mereka berpikir dan bersikap.
Anak-anak ini biasanya kehilangan semangat untuk belajar dan cenderung suka memberontak sebagai dampak psikologis yang mereka dapatkan dari KDRT baik yang mereka lihat atau rasakan secara langsung. Mirisnya, hal ini tidak hanya mempengaruhi masa kecil mereka tapi juga berdampak jangka panjang hingga mereka dewasa.
Anak-anak dalam lingkup keluarga KDRT sebenarnya membutuhkan perhatian lebih, khususnya saat pembelajaran di dalam kelas. Mereka akan merasa lebih semangat saat kita mengapresiasi hal-hal kecil yang berhasil mereka lakukan. Membentak atau tindakan implusif lain yang cenderung kasar hanya akan membuat mereka semakin jauh dan sulit terjangkau.
Menurut pandangan saya, anak-anak ini memang harus didekati secara personal dan diperlakukan dengan lembut, dimana kita harus bisa menjadi ruang nyaman dan aman bagi mereka di sekolah. Dengan begitu, sikap antipati dan pemberontak mereka bisa berkurang sedikit demi sedikit sehingga nantinya akan berpengaruh pada tingkat belajar mereka di kelas.
Melihat dampak KDRT yang begitu besar bagi tumbuh kembang anak, baik dari segi psikis maupun tingkat belajar mereka di sekolah. Sudah sepatutnya, orang tua mampu lebih dewasa dan berpikir panjang dalam segala tindakan yang mereka lakukan. Jangan sampai anak yang tidak tahu apa-apa justru menjadi korban dari keegoisan orangtuanya. Apalagi, keluarga adalah tempat pertama bagi anak untuk mengenal banyak hal.
Sumber:
https://kekerasan.kemenpppa.go.id/ringkasan (diakses pada tanggal 9 Oktober 2022, pukul 22.00)
https://komnasperempuan.go.id/instrumen-modul-referensi-pemantauan- detail/menemukenali-kekerasan-dalam-rumah-tangga-kdrt (diakses pada tanggal 9 Oktober 2022, pukul 22.05)
*)Penulis: Rona Qotrunnada, Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Pendidikan Kimia 2020
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi Wartacakrawala.com
*)Opini di Wartacakrawala.com terbuka untuk umum
*)Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim