Wartacakrawala.com – Berlomba-lomba menjadi produktif yang kian marak dilakukan, khususnya oleh pelajar dan mahasiswa memberikan dampak tertentu. Salah satunya ialah perasaan bersalah yang muncul ketika mencoba menyenangkan diri sendiri setelah melaksanakan jadwal yang padat.
Hal ini dapat ditemui dalam berbagai unggahan media sosial yang menunjukkan individu saling bersaing untuk menunjukkan produktivitas yang dilakukan, mulai dari mengumpulkan sertifikat, mengikuti banyakorganisasi, kepanitiaan dan sebagainya.
Melakukan hal produktif merupakan sesuatu yang wajar dan positif. Individu dapat menggunakan waktu yang dimiliki untuk mengembangkan potensi diri atau menyelesaikan kewajiban yang dimiliki. Namun, kenyataannya banyak individu yang berlomba-lomba untuk menjadi produktif secara berlebihan sehingga mengabaikan diri sendiri dan memunculkan rasa bersalah ketika mencari penghiburan.
Fenomena ini disebut sebagai guilty pleasure, yaitu sebuah aktivitas yang memberikan dampak positif dalam jangka pendek namun memilikidampak negatif dalam jangka panjang (Arviana, 2018).
Baca juga: Kandungan Tiba-tiba Menghilang, Kenali Apa Itu Pseudocyesis dan Delusion of Pregnancy
Misalnya, membaca novel memiliki dampak positif karena menyenangkan, namun bisa lebih negatif dalam jangka panjang jika individu menganggap tidak seharusnya menikmati hal tersebut.
Sedangkan, rasa bersalah merupakan perasaan emosional yang muncul ketika individu merasa bahwa dirinya telah melanggar peraturan sosial atau moralyangada (Chaplin, 2005).
Menurut jurnal Mental Illness Fellowship Victoria (2008) dengan judul “Understanding Guilt”, rasa bersalah diigambarkan dengan merasa bertanggungjawab terhadapat keadaan negatif yang telah terjadi pada dirinya dan orang lain, merasa menyesaluntuk kenyataan ataupun membayangkan tentang kelakuan buruk atau tidak senonoh, perasaan menyesal yang sangat dalam dari pemikiran; perasaan; atau sikap yang bersifat mencela tidak terima oleh diri sendiri dan orang lain, merasakan sebuah kewajiban yang dijalani tidak memuaskan; tidak menolong; atau tidak menentramkan seseorang, merasa bingung atau tidak mampu merespon situasi yang dihadapi, serta merasa kehilangan atau malu karena tidakmelakukan sesuatu untuk seseorang yang tidak akan lama ditemui.
Kemudian, perasaan bertanggung jawab atas kemalangan atau masalah orang lain karena merasa terganggu melihat orang lain menderita, motivasi untuk mengubah kesalahan yang dirasakan, perasaan moral yang kuat mengenai benar dan salah yang menghalangi individu untuk memilih suatu tindakan atau mengambil keputusan, dan memiliki keyakinan tidak rasional yang tersembunyi.
*)Penulis: Fraya Fariska & Yovie Elmira Rachma
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi Wartacakrawala.com
*)Opini di Wartacakrawala.com terbuka untuk umum
*)Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim