Wartacakrawala.com – Bapak Irsyad melangkah, menuju depan para siswa SMA An-Nur Bululawang, Malang, yang saat itu menjadi jemaah acara. “Siapa kita?,” ujar Bpk Irsyad kepada para siswa. “NU,” jawab para siswa dengan lantang, sebagai pengekspresian dari rasa ingin untuk menjadi kader NU (Nahdlatul Ulama’). Begitulah reaksi para siswa saat membalas jargon dari pak Irsyad sebagai moderator guna memeriahkan purwa acara.
Bertempat di aula lantai tiga Gedung SKJ SMA An-Nur, Osis Putra SMA An-Nur (OSPAMA) melaksanakan Seminar NU yang terealisasi dengan epik melalui tema “Sejarah dan tantangan masa depan Nahdlatul Ulama’ di era multiideologi,” Rabu (03/1).
Tema yang cukup panjang untuk menjawab kompleksnya rintangan pada zaman milenial. Hadir sebagai pemateri pada kesempatan tersebut, Ust. Yatimul Ainun ketua LTN NU (Lembaga Ta’lif wa Nasyr Nahdlatul Ulama) Kabupaten Malang.
Memeriahkan hari ulang tahun NU ke-95, adalah salah satu dalih diadakannya seminar tersebut. Selain juga untuk sedikit memberi pemantik bagi para siswa dalam upayanya mengahadapi era digitalisasi. era yang makin hari makin rusak, bukan karena musnahnya aroma religi, tapi karena maraknya perang ideologi.
Sambutan dari Bapak H. Hanafi selaku kepala sekolah pun menyatakan apresiasinya akan realisasi seminar. Mengingat NU adalah salah satu organisasi Islam terbesar di dunia dan berpengaruh dalam pertumbuhan kualitas dan kuantitas Islam di Nusantara.
Dunia Maya: Senjata Suci Bagi Dunia Nyata
Ust. Yatimul Ainun pun mengisi acara dengan segudang tausiah. Beliau menjelaskan tentang betapa pentingnya pemanfaatan teknologi di ranah pengembangan religi. Dan tak lupa memberi motivasi di awal sebagai penunjang jiwa militansi “Jangan pernah minder jadi Santri, karena kelak kita akan menjadi kader Nahdlatul Ulama,” ujar Ust. Yatimul untuk menggugah semangat siswa SMA An-Nur yang seluruhnya berstastus santri.
Baca juga: Kaji Peran Tour Guide dalan Dunia Wisata melalui Webinar
Saat ini dunia telah memasuki era industri 4.0, masa yang sangat memungkinkan beragam ideologi manusia dapat berlalu lalang dengan mudahnya melalui internet. Tak usah pergi kemana-mana, cukup dengan mengelola tampilan layar elektronik di gawai kita masing-masing, info dari berbagai sumber akan datang pada pandangan kita. Namun perlu diketahui, semua info dalam lingkup internet tidak semua menyelamatkan, terkadang tak jarang pula bermaksud menjerumuskan. Begitu menurut Ust. Yatimul.
Menyikapi hal tersebut, Ust. Yatimul menegaskan bahwa kita harus memiliki filter pada pemilahan dan pemilihan terkait motif-motif informasi yang bervariasi di dunia maya. Maka dari itu, penting bagi kita untuk selalu menjaga keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) di tengah maraknya hujan ideologi pada dunia maya “Agama mewajibkan, Budaya juga mewajibkan akan Hubbul wathan minal iman,” Imbuh beliau melirik ganasnya perkembangan zaman.
Kita semua tahu bahwa saat ini dunia nyata tak lagi menjadi bahan perhatian masyarakat luas. Sebagai gantinya, dunia mayalah yang menjadi ujung tombak daya tarik seluruh umat. Kenyataan ini sungguh tak bisa dipungkiri. Oleh karenanya, sebagai santri tak ada salahnya untuk turut serta dalam memperluaskan faham Ahlusunnah wal Jama’ah melalui berbagai media. Toh itu juga suatu hal yang positif untuk menjaga keutuhan umat.
Sebagaimana dalam wejangan Gus Dur (KH. Abdurrahman wahid) yang juga sering dipublikasikan “Pertahankan budaya lama yang baik, dan ambillah budaya baru yang lebih baik” adalah salah satu cara atau metode yang dapat kita aplikasikan untuk menghadapi segala kemungkinan yang dapat terjadi dalam pesatnya arus perkembangan zaman. Seperti itulah pendapat beliau yang dapat dijadikan prinsip ketika hendak memfilter segala hal mengenai pengaruh perubahan.
Waktu terus berguling, Ust. Yatimul Ainun memberi kesempatan sesi tanya jawab sebagai sesi terakhir bagi para siswa guna menambah khazanah keilmuan. Akhirnya tiga pertanyaan terpilih ditujukan kepada beliau. “Cukup, bagus. Unik,” tutur beliau menerima pertanyaan para siswa.
Dengan cekatan beliau memaparkan penjelasannya dengan begitu jelas menegenai persoalan tersebut, Hingga para siswa takjub dan merasa wawasannya telah bertambah.
Tak selang lama, acara pun usai . Ust. Yatimul Ainun pamit undur diri lalu dilanjut dengan penutup dan doa. “Alhamdulillah, acara berjalan lancar, meski masih banyak evaluasi yang perlu dibenahi. Dan semoga acara-acara ke depannya berjalan lebih baik lagi tanpa kendala,” ujar Abudzar Al-Ghifari selaku ketua pelaksana acara. (*)