Perempuan Lebih Berisiko Jadi Workaholic, Kok Bisa?

Avatar
Ilustrasi perempuan lebih berisiko jadi workaholic
Ilustrasi perempuan lebih berisiko jadi workaholic / sultantv

Wartacakrawala.com – Workaholic atau kecanduan kerja banyak terjadi pada pekerja. Workaholic adalah gangguan kesehatan mental yang kerap tidak disadari oleh penderitanya.

Orang dengan kecanduan kerja akan banyak menghabiskan waktunya untuk berkerja. Biasanya terobsesi dengan kinerja memuaskan dari pekerjaan mereka.

Kecanduan bebekerja akan berdampak buruk bagi tubuh. Workaholic dapat menggangu dan merusak kesehatan fisik dan mental.

Faktanya, kecanduan kerja lebih banyak terjadi pada wanita dan orang-orang yang biasanya perfeksionis.

Psikolog klinis Carla Marie Manly, PhD, mengatakan, spektrum workaholism ditandai dengan terlalu banyaknya waktu hidup yang dipakai untuk bekerja.

“Mampu mengidentifikasi tanda-tanda kecanduan kerja sangat penting jika ingin mengambil langkah awal untuk melakukan perubahan,” kata Manly dikutip dari healthline.com, Rabu (13/1/2022).

Baca juga: Pernah Dibilang Insecure, Apakah Kamu Memahami Artinya?

Orang kecanduan bekerja bisa dilihat dari sejumlah aspek, misalnya selalu membawa pulang pekerjaan ke rumah, sering begadang di kantor, dan terus-menerus memeriksa email atau teks saat di rumah.

Selain itu, minimnya pola hidup sehat ternyata juga bisa menjadi tanda bahwa kamu adalah seorang penggila kerja.

Baik pria maupun wanita memiliki risiko kecanduan dan stres kerja. Tetapi penelitian menunjukkan bahwa wanita cenderung lebih sering mengalami workaholism.

Sebuah penelitian menemukan bahwa wanita yang bekerja lebih dari 45 jam seminggu berisiko terkena diabetes.

Namun, risiko diabetes bagi wanita yang bekerja di bawah 40 jam menurun secara signifikan. Menariknya dari temuan ini adalah, pria tidak menghadapi peningkatan risiko diabetes dengan bekerja lebih lama.

“Wanita cenderung menderita stres, kecemasan, dan depresi terkait pekerjaan yang tingkatnya jauh lebih tinggi daripada pria. Ini karena adanya seksisme di tempat kerja. Selain itu, adanya tanggung jawab pada keluarga juga memberikan tekanan tambahan dalam karir mereka,” jelas psikolog Tony Tan. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post
Kapolri Jenderal Listyo Sigit, Hengky Primana Founder Activist Millenial Institute

Di Bawah Pimpinan Kapolri Jenderal Listyo Sigit, Tagar #percumalaporpolisi Tidak Berlaku

Next Post
Ilustrasi sesajen dalam budaya Jawa / infopublik.id

Sesajen dalam Budaya Jawa dan Filosofi Dibaliknya

Related Posts