Mengingat begitu pentingnya peran bus dalam menjaga lingkungan, maka Khofifah berharap agar produksi bus listrik bisa dibuat secara massal sehingga harganya bisa ditekan. Sehingga dapat digunakan sebagai moda transportasi bagi masyarakat.
Baca juga: Ruwatan Bumi di Borobudur Jadi Komitmen G20 Kembali ke Lingkungan
“Jika nanti bisa diproduksi secara massal, diharapkan harga yang ada di pasaran bisa ditekan sehingga lebih terjangkau dalam pembelian setiap armadanya,” tutupnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT. INKA Persero Budi Noviantoro menjelaskan bahwa Bus Listrik Merah Putih ini diproduksi sebanyak 53 armada. Dimana 30 unit bus akan digunakan untuk kegiatan KTT G-20 pada Bulan November mendatang dan melayani para delegasi dari tamu negara yang hadir.
“Bus listrik ini bisa di-charge kemudian digunakan 1,5 jam dengan jarak tempuh 160 km. Tempat duduknya hanya 19 seat. Saat ini bus listrik sudah kami produksi sebanyak 53 bus,” jelasnya.
Secara spesifikasi E Inobus ini memiliki panjang 8.1 meter dan lebar sekitar 2 meter. Tingkat kebisingan pada bus listrik ini jauh lebih baik yakni rata rata sebesar 71 db. Bus ini juga sudah lulus uji dengan mendapatkan Sertifikat Uji Tipe (SUT) dari Kemenhub.
“Setelah gelaran KTT G-20 usai, bus listrik ini akan kembali ke PT. INKA (Persero) untuk diperbaiki terlebih dahulu. Kemudian rencananya diserahkan ke Perum Damri dan melayani wilayah Surabaya sebanyak 34 unit dan Bandung sebanyak 19 unit,” katanya.
“Bus listrik ini akan kami kenalkan kepada masyarakat selama East Java Investment Week akan dipamerkan selama 14 -16 September 2022 di Tunjungan Plaza Surabaya,” tutupnya.