Wartacakrawala.com – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unisma Malang bekerjasama dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Al Hikam gelar refleksi peringatan Hari Anti Korupsi Dunia (HAKORDIA). Acara tersebut dilangsungkan di kopi qta dengan diikuti oleh perwakilan organisasi daerah yang ada di Unisma, PKPT IPNU IPPNU Unisma, dan perwakilan organisasi ekstra kemahasiswaan lainnya, Rabu (9/12).
Tema yang diangkat pada diskusi terbuka tersebut adalah korupsi di bawah pusaran oligarki. Presiden mahasiswa BEM Unisma Malang, Ahmad Faruuq menuturkan jika tema tersebut terkait sikap BEM Unisma akan kondisi keterpurukan para petinggi negara.
“Kasus korupsi yang terjadi belakangan ini sungguh mengkhawatirkan, oleh karena kita pada peringatan hari anti korupsi dunia atau HAKORDIA ini kita bisa memutus perilaku korupsi minimal dimulai dari diri sendiri,” ungkap Ahmad Faruuq.
Baca juga: Ahmad Basarah Tegaskan Kemenangan SanDi di Pilkada Kabupaten Malang
Menteri politik hukum dan HAM BEM Unisma Malang sekaligus menjadi moderator pada acara ini menambahkan jika tema yang diangkat guna memberikan pemahaman kepada mahasiswa Unisma khususnya, dan mahasiswa secara umum bahwa negara Indonesia selalu berada dalam pusaran oligarki yang terjadi sudah sejak lama.
“Miris, politik hukum, dan penegak hukum sama sama bermasalah. Hukum kini bergantung pada pemilik kapital. Oleh karena itu tujuan dari diskusi ini untuk memutus kecacatan demokrasi sejak dini, agar tidak berketerusan sehingga menjadi praktik korupsi yang besar,” paparnya.
Pembicara pertama, Bang Atta Nursasi menjelaskan jika kelompok oligarki di dalam merampok sumber daya demokrasi sungguh canggih dengan berbagai cara.
Baca juga: Mahfud MD Sebut Tidak Ada Kaitan Lonjakan Kasus Positif Covid-19 Dengan Pilkada
“Korupsi politik, korupsi yang dimulai sejak proses pilkada. Korupsi dalam proses pilkada berlangsung, dilihat dari persebaran money politik. Ketika proses sudah diwarnai dengan kecacatan demokrasi, bukan tidak mungkin saat menjabat dia akan melakukan hal yang sama,” Jelas bang Atta ketua Malang Corruption Watch (MCW).
“Korupsi dan oligarki, yang paling banyak dikorupsi adalah pengadaan daerah. Terkadang pada beberapa daerah ada praktik konsesi izin yang dibagi bagikan dan dipermudah. Namun sangat disayangkan Ketika kita mengkritisi itu, tapi terkadang kita terlibat dalam proses demokrasi yang cacat itu. Relasi patronase senioritas yang kita rasakan sejak dini itu berbahaya. Kita terkungkung oleh kekuasaan, dan otoritas siapa yang lebih tua,” lanjutnya.
Bang Atta pun menambahkan pada bulan desember ada dua peringatan penting yaitu tanggal 9 desember sebagai HAKORDIA dan pada 10 desember Hari HAM Internasional.
Baca juga: Polisi vs FPI, MUI Jatim Beri Pernyataan
“Refleksi terpentingnya sekarang bahwa kita manusia yang bebas, merdeka, berpikir kritis, dan mengungkapkan semua yang kita punya sesuai kemerdekaan kita. Tidak ada kebenaran absolut kecuali milik tuhan, sebab senior bukan segala galanya,” tandasnya.
Pembicara kedua pengurus cabang PMII Kota Malang, Erha Suud Abdullah, S.H menuturkan bahwa dalam mengupayakan budaya antikorupsi dibutuhkan sebuah kekuatan bersama, kekuatan kolektif. Revolusi, dilakukan dengan gerakan kolektif kolegial.
“Korupsi sebagai Extraordinary Crime, korupsi sebagai musuh bersama momentum 9 desember sebagai tidak ada yang paling anti korupsi. Tetapi kita semua sama mencari strategi pemberantasan korupsi,” tegas Erha.
Baca juga: Datangi TPS 12, Bupati Malang HM Sanusi Gunakan Hak Pilihnya
Bang Erha sapaan familiarnya menjelaskan menumbuhkan budaya anti korupsi, bukan pekerjaan sehari dua hari. Mesti diingat kultur masyarakat kita memegang teguh, di sisi lain memelihara budaya feodal sebagai peninggalan kolonialisme. Membutuhkan banyak hal yang saling berkaitan, minimal belajar jujur dulu.
“Untuk itu budaya antikorupsi tidak lahir serta merta, tapi lahir dari perjuangan, membiasakan budaya anti korupsi dimulai dari sendiri, lingkungan, dan organisasi. Mengutip dari pandangan Antonio Gramsci, intellectual organic, mereka yang punya ilmu, dan ingin menegakkan keadilan dengan ilmunya semoga semakin banyak lahir di negara kita,” pungkasnya.
Pada akhir acara dilakukan pembagian tas anti korupsi, buku Jihad Melawan Korupsi, dan buku Saku Anti Korupsi Untuk Pemeluk Agama Islam kepada peserta yang hadir pada diskusi terbuka tersebut. (*)