Wujudkan Toleransi Antar Umat Beragama, Mahasiswa KKN Silaturrahmi ke GITJ Donorojo Jepara

Avatar
Mahasiswa KKN UIN Walisongo berkunjung ke rumah ibadah GITJ Donorojo, Jepara, Sabtu (05/11).

Wartacakrawala.com – Moderasi beragama menjadi tema besar dalam KKN RDR angkatan 77 UIN Walisongo Semarang. Hal tersebut menjadi alasan Kelompok 8 dalam berkunjung ke lintas rumah ibadah khususnya dalam kunjungan ke GITJ Donorojo, Jepara, Sabtu (05/11).

Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan semangat bermoderasi antar umat beragama yang diwujudkan dalam kegiatan tersebut.

Mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang disambut oleh pengurus GITJ Donorojo dalam kunjungannya.

“Kami menyambut temen-temen Mahasiswa UIN Walisongo Semarang, sehingga dipersilahkan nantinya jika ada yang perlu disampaikan ataupun dipertanyakan,” tutur Sri Wahyu selaku Sekretaris 2 Majlis Gereja Injil Tanah Jawa Donorojo tersebut.

Kunjungan dan sharing lintas agama yang berlangsung kurang lebih 1 jam di GITJ Donorojo tersebut membahas seputar GITJ.

Melina misalnya, salah satu Mahasiswa KKN Jurusan Ekonomi Islam UIN Walisongo Semarang ini bertanya seputar Sejarah GITJ.

Nanang selaku Komisi Pemuda menjelaskan, GITJ Donorojo ini merupakan gereja peninggalan Belanda yang didirikan pada 1935 dan juga memiliki rumah sakit untuk pasien pengidap Kusta.

“Dimana gereja ini membiayai pasien-pasien tersebut. Akan tetapi lambat laun rumah sakit tersebut kemudian dititipkan ke Pemerintah Provinsi Jawa Tengah,” jelas Nanang.

Sementara itu, Ch. Suyoto selaku Pengembala (Pendeta) yang telah aktif melayani jamaat dari tahun 1990 hingga sekarang juga membenarkan bahwa Gereja ini adalah peninggalan Belanda.

Baca juga: Moderasi Beragama dan Konsep Islam Wali Songo

“Bisa dilihat dari bangunan Gereja ini adalah bangunan lama yang masih asli beberapa pionir bangunanny, akan tetapi sudah ada beberapa bangunan yang diganti karena sesuai kebutuhannya,” tuturnya.

Kemudian, ia juga menyampaikan bahwa per tahun 1996 Rumah Sakit Kusta beserta asetnya resmi menjadi milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah atas nama Suparjo Rustam.

Selanjutnya, Pendeta Ch. Suyoto menjelaskan beberapa hal terkait GITJ tersebut. Pendeta diartikan oleh al-Kitab sebagai orang yang dikhususkan oleh Tuhan untuk memimpin suatu jemaat.

“Sebab tidak semua orang mau menjadi pendeta bahkan jikalau memiliki keinginan dan kerinduan tapi jika tidak didukung oleh Kudus maka tidak akan jadi” jelas Ch. Suyoto.

Suyoto juga menceritakan sulitnya dalam berjuang mengenyam pendidikan menjadi Pendeta di Madiun yang penuh suka duka. Perjuangannya akan tetapi beliau selalu ingat janji Tuhan bahwa “Aku Menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman”.

Lebih jauh, Suyoto menyebut bahwa banyak Pendeta yang tidak mau melayani di Gereja Donorojo ini sebab jemaat yang ada waktu dulu adalah penyebab kusta, sehingga menjadi banyaknya alasan Pendeta lain tidak mau menjadi pelayan untuk jemaat GITJ tersebut.

“Saya memiliki pedoman bahwa “Setiap jiwa itu sangat berharga sekali di Mata Tuhan”. Setiap kegiatan di gereja dibantu oleh Majlis dan Komisi GITJ Donorojo tersebut untuk melayani jemaat,” lanjutnya.

Selai itu, Nur Indah Rizky Mahasiswa Psikologi UIN Walisongo Semarang juga melontarkan pertanyaan terkaitperbedaan GITJ, GKI, GPID dan lain sebagainya. Sebab memang di sepanjang Mlonggo – Donorojo Kabupaten Jepara banyaknya gereja yang demikian.

Menjawab pertanyaan tersebut, Suyoto menjelaskan bahwa sebetulnya sama saja Kristen nya akan tetapi GITJ, GKI, GPID dan lain sebagainya bisa disebut dengan sekte-sekte yang ada di Kristen namun secara keagamannya tetap sama.

“Bedanya jika GITJ itu seringkali menggunakan Bahasa Jawa. Beliau juga menerangkan hal yang demikian sama halnya dengan Islam yang ada NU, Muhammadiyah dan lainnya,” terangnya gamblang.

Pertanyaan terakhir disampaikan oleh Ilham Farkhi Pradana Mahasiswa Hukum Keluarga Islam UIN Walisongo Semarang terkait mengapa orang Kristen disebut sebagai domba.

Suyoto pun dengan senang hati menjelaskan. Menurutnya, pendeta disebut sebagai pengembala sedangkan umat Kristen disebut sebagai domba.

“Gembala juga selalu berjalan di depan kemudian domba-domba mengikuti dan juga setiap domba itu ada namanya. Jadi setiap orang kristen itu adalah domba-domba Allah sehingga mereka manut dengan orang yang disembah itu,” tuturnya.

Dalam akhir sesi sharing antar umat beragama di GITJ Donorojo, Pendeta Ch. Suyoto memberi nasehat dan pesan, mahasiswa harus memiliki wawasan luas, khususnya dalam mempelajari kitab agama lain, jadi tidak hanya mempelajari Al-Quran.

“Sehingga memiliki pandangan yang luas dan kemudian tidak memiliki pandangan yang sempit dan menganggap agamanya paling benar, tidak seperti itu akan tetapi memiliki pandangan yang luas dari berbagai pandangan,” tutupnya. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Gelar Paripurna, DPR RI setujui Jenderal Andika sebagai calon Panglima TNI

Next Post

Potret Mahasiswa KKN UIN Walisongo dalam Membantu Dunia Pendidikan

Related Posts