Kedua, yaitu alasan ekonomi, sebagai negara berkembang, Rusia berasumsi bahwa kebutuhan Indonesia terhadap Rusia terjalin dalam kolaborasi yang bersih dari eksploitasi yang mampu merugikan Rusia.
Ketiga, alasan politik. Secara historis, Indonesia memiliki track record kepemerintahan yang efektif dan kuat, dari zaman Soekarno hingga saat ini, Indonesia tidak pernah mengalami keanarkisan yang krusial, sehingga perlu untuk mempertahankan dan membentuk aliansi atas dasar kepentingan yang sama.
Yang terakhir adalah alasan perspektif ekonomi politik, negara demokrasi dinilai lebih berhati-hati dalam mengambil suatu keputusan, dalam intervensi Indonesia dengan seruan damai terhadap Rusia-Ukraina, Putin menyinggung Indonesia untuk tidak terlalu menyuarakan perdamaian negaranya dan Ukraina. Putin memahami i’tikad dan keputusan Indonesia didasari dengan kehati-hatian dan berdasarkan kepentingan dunia. Karena dengan semakin terjalinnya hubungan bilateral Indonesia-Rusia lambat laun dapat mengatasi krisi pangan yang disebabkan oleh konflik Rusia-Ukraina.
Perkataan Dino benar, kita harus peka melihat tantangan ke depan, konflik yang terjadi pada suatu negara merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi oleh semua negara, Jokowi cukup berani dan tegas dalam mengambil keputusan. Misi Jokowi perlu diapresiasi karena suatu peperangan masih bersifat potensial, tidak dapat dipungkiri dan diseka. Mencegah peperangan mengharuskan suatu negara untuk menyiasati perdamaian. Apabila perang sudah terlanjur dan terjadi, misi perdamaian harus ditegakkan, pertikaian akan surut.
*)Penulis: Faris Hilaal Firaas, Mahasiswa Semester 2 Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi Wartacakrawala.com
*)Opini di Wartacakrawala.com terbuka untuk umum
*)Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim