Wartacakrawala.com – Indonesia menempati peringkat ke-2 sebagai penyumbang sampah terbesar di dunia. Tentunya, prestasi ini tidak dapat dibanggakan, dan bisa dibilang sebagai aib.
Mirisnya, masyarakat masih banyak yang menutup mata mengenai isu ini. Kebanyakan dari mereka berfikir bahwasannya sampah menjadi tanggung jawab petugas DLH, dkk. Mereka hanya tau sampahnya sudah hilang dari pandangan mata mereka.
Lalu, kemana perginya sampah-sampah rumah tangga, sampah-sampah restoran, hotel, rumah sakit, dan lain sebagainya? Tentunya semua sampah berakhir ke TPA. Pada akhirnya lingkungan TPA dan sekitarnya akan menjadi gunung sampah dan bahkan perkampungan sampah.
Pernahkah kalian membayangkan bagaimana kehidupan para pemulung, gelandangan, tunawisma, dls? Beberapa dari mereka hidup bergantung dengan sampah, makan dari hasil mulung, setiap harinya bergelut dengan sampah, dan tidur bersama sampah.
Pemukiman sekitar TPA pun terkena dampaknya juga, dikarenakan sampah dari hari ke hari semakin menggunung dan butuh waktu lama untuk terurai, otomatis dibutuhkan lahan yang lebih luas lagi untuk menampung sampah-sampah tersebut.
Menteri lingkungan hidup dan kehutanan, Siti Nurbaya Bakar pernah menyampaikan “Pada 2025, kami menargetkan 30% pengurangan sampah dan 70% penanganan sampah. Jadi tidak ada samapah-sampah yang tercecer di jalanan seperti yang kita hadapi saat ini. Lalu penanganan pada 2025 seperti menjadikan sampah sebagai sumber energy”.
Baca juga: Problematika Pembelajaran Daring di Tengah Pandemi
Nampaknya akhir-akhir ini cukup banyak para muda-mudi yang tergabung dalam komunitas peduli lingkungan dan sampah, walau tidak banyak, ini merupakan awalan yang cukup baik. Mereka prihatin dengan keadaan sampah Indonesia dan krisis iklim yang menghantui.
Kenapa iklim juga memprihatinkan? Tentunya sampah sampah ini akan mengganggu kedamaian lingkungan, permasalahan sampah ini dapat merembet ke masalah lainnya seperti banjir, longsor, polusi tanah, udara, dls, dan masih banyak lagi permasalahan lain yang dapat ditimbulkan dari oleh sampah ini.
Tidak hanya sampah plastik saja yang dipermasalahkan, plastic memang sulit terurai dan membutuhkan ratusan tahun lamanya untuk terurai. Tapi sampah organic pun tak kalah bermasalah juga, walaupun dapat terurai dengan sendirinya dan lebih cepat, cukup banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh sampah organic, diantaranya adalah menurnkan kualitas lingkungan, berefek pada biota, kesehatan manusia, dls.
Dengan pedulinya kita dengan isu sampah dan lingkungan, diharapkan dapat menyebarkan dampak positif ke teman-teman kita, keluarga kita, dan lingkungan sekitar, sambil mengajak dan mengedukasi masyarakat umum untuk lebih peduli terhadap lingkungan yang akan kita wariskan kepada anak cucu kita.
Perubahan itu dimulai dari hal kecil dan dari diri sendiri dahulu. Jika ingin merubah keaadan lingkungan Indonesia menjadi lebih baik, maka ubahlah dari dirimu terlebih dahulu. Perubahan kecil seperti melakukan diet plastic, buang sampah pada tempatnya, memilah sampah, melakukan daur ulang, dls.
Semoga kedepannya, Indonesia dapat menjadi Negara maju yangsangat peduli dengan isu lingkungan, sampah, dan krisis iklim. (*)
*)Penulis : miftah kusniasari, Uin Walisongo Semarang
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi Wartacakrawala.com
*)Opini di Wartacakrawala.com terbuka untuk umum
*)Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim