Sejarah dan Filosofi Panjat Pinang, Lomba Seru Perayaan 17 Agustus

Shofy Maulidya Fatihah
Ilustrasi panjat pinang, lomba seru perayaan HUT RI / Grandyos Zafna detik.com
Ilustrasi panjat pinang, lomba seru perayaan HUT RI / Grandyos Zafna detik.com

Wartacakrawala.com – Panjat pinang menjadi salah satu lomba yang hadir saat perayaan HUT RI pada 17 Agustus. Masyarakat selalu antusias ketika menyaksikan lomba ini. Demikian juga dengan para peserta yang tak kalah semangat.

Sebuah batang pohon pinang yang sudah dikupas, lalu ditanam kuat. Bagian ujungnya disematkan berbagai hadiah, sementara bagian batangnya dilumuri minyak pelumas. Peserta lomba akan saling bantu memanjat pohon pinang demi meraih hadiah. Inilah lomba panjat pinang.

Lomba panjat pinang ternyata memiliki sejarah panjang dan filosofi mendalam. Bahkan disebutkan bahwa panjat pinang adalah warisan yang diturunkan bangsa Belanda sejak zaman kolonial.

Baca juga: Deretan Peristiwa Penting di Tanggal 10 Muharram

Dikutip dari Instagram resmi Ditjen GTK Kemdikbud RI, lomba panjat pinang berasal dari hiburan panjat tiang ketika orang Belanda berada di Indonesia pada zaman kolonialisme. Uniknya, lomba ini masih eksis bahkan puluhan tahun setelah Indonesia merdeka.

Sejarah Panjat Pinang di Indonesia
Dihimpun dari data detikEdu, panjat pinang merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk memperingati Koninginnedag atau Hari Ratu.

Momen perayaan ini digelar setiap tanggal 31 Agustus sebagai peringatan kelahiran Ratu Belanda, Wilhelmina Helena Pauline Marie van Orange-Nassau.

Di momen ini, semua lapisan masyarakat di Hindia Belanda (Indonesia) diminta untuk berkumpul mengikuti festival, karnaval, hiburan, pasar kaget dan juga termasuk lomba panjat pinang. Gelaran panjat pinang ini disebut oleh masyarakat Belanda sebagai de Klimmast yang berarti memanjat tiang.

Dikutip dari buku Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal oleh Fandy Hutari, disebutkan bahwa permainan panjat pinang sudah digelar sejak 1930-an. Panjat pinang juga menjadi ajang yang menarik sehingga kerap digelar untuk perayaan pernikahan, kenaikan jabatan hingga ulang tahun.

Baca juga: Silaturahmi dengan Masyayikh Ponpes Al Falah Ploso Kediri, Ini Pesan Kapolri

Peserta panjat pinang masa kolonial hanya diikuti oleh pribumi
Panjat pinang terbilang permainan yang sederhana namun dibutuhkan kerja keras, kekompakan serta strategi khusus untuk bisa mencapai puncak pohon pinang. Peserta panjat pinang terbagi di dalam beberapa regu.

Masing-masing regu ini bergantian memanjat batang pinang setinggi 5-9 meter yang sudah dilumuri minyak pelumas. Usaha memanjat pohon pinang ini dilakukan demi menggapai hadiah yang diletakkan pada bagian puncak pinang.

Dilansir dari detikX, para peserta panjat pinang akan merebut hadiah yang lazimnya berupa bahan makanan. Beberapa hadiah panjat pinang antara lain beras, tepung, roti, keju, gula dan pakaian. Bagi orang pribumi, hadiah itu masih tergolong mewah.

Peserta panjat pinang hanya diikuti oleh orang-orang pribumi saja. Sedangkan meneer-meneer Belanda sebagai penonton akan tertawa melihat warga lokal yang mati-matian membuat tangga hidup memanjat batang pinang.

“Panjat pinang bisa juga diadakan oleh keluarga pribumi yang kaya raya, antek kolonial,” ujar Fandy.

Total
0
Shares
0 Share
0 Tweet
0 Pin it
0 Share
0 Share
0 Share
0 Share
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post
Ilustrasi peristiwa penting 10 Muharram / haibunda.com

Deretan Peristiwa Penting di Tanggal 10 Muharram

Next Post
Ilustrasi penerima beasiswa PIP Kemendikbud/ Antara

Beasiswa PIP Kemendikbud, Kriteria Penerima, dan Cara Lihat Daftar Penerima

Related Posts
Total
0
Share