Sekolah Tanpa Perpustakaan, Kampus Mengajar Angkatan 1 di SDN Cibayun Kab. Bandung Barat

Avatar
Kampus mengajar, mahasiswa UPI Purwakarta
Kampus mengajar, mahasiswa UPI Purwakarta

Wartacakrawala.com – Ketika kalian membaca judul tersebut mungkin sebagian besar dari kalian akan teringat pada sebuah film. Ya benar! “Rumah Tanpa Jendela”. Karena pada nyatanya kondisi sekolah ini pun hampir sama, yakni menginginkan suatu tempat yang memiliki fasilitas yang sama seperti pada umumnya.

SDN Cibayun ini sudah lama sekali berdiri, namun mengapa tak mendapat fasilitas yang sama seperti sekolah lainnya?. Mungkin inilah yang disebut salah satu ciri bahwa pendidikan di Indonesia masih belum merata baik dari segi akses maupun fasilitas pendukungnya.

Maka di sinilah kami ber-8 berada, yaitu pada sekolah yang terletak di gang kecil di antara pemukiman warga serta melewati sungai yang untungnya sudah tersedia jembatan yang tergolong bagus. Namun, yang membuat kami sedikit bertanya-tanya karena di samping ruang kelas sekolah ini adalah pemakaman umum.

Meski begitu, ini tidak akan menghalangi kami untuk mengemban tugas Program Kampus Mengajar Angkatan 1 dengan sebuah harapan bahwa kami dapat memberikan manfaat.

Perjalanan ini pun dimulai dari tanggal 22 Maret 2021 sampai 25 Juni 2021. Ketika itu kami ber-8 bersama dengan Dosen Pembimbing Lapangan kami yaitu Ibu Sukma Murni, M.Pd. meneruskan amanat terlebih dahulu untuk meminta izin kepada Dinas Pendidikan KBB dan melakukan survei SD penempatan. Alhamdulillah baik pihak Dinas Pendidikan setempat maupun pihak sekolah sangat menerima kami secara terbuka.

Berada di Sekolah ini menyadarkan kami bahwa sekolah ini belum memiliki fasilitas perpustakaan. Padahal perpustakaan mempunyai peranan yang penting di sekolah yaitu sebagai sumber penunjang dalam memenuhi kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan pembelajaran bagi siswa, guru dan warga sekolah lainnya.

Menurut keterangan kepala sekolah SDN Cibayun, Tatang, S.Pd, faktor lahan dan dana menjadi penghambat pembangunan perpustakaan ini. BOS (Bantuan Operasional Sekolah) nyatanya tidak bisa mewujudkan keberadaan perpustakaan di sekolah ini.

Baca juga: Mahasiswa KKN UIN Walisongo Sukses Gelar Webinar Moderasi Beragama

Kepala sekolah menuturkan bahwa BOS ini dipengaruhi oleh banyaknya siswa di sekolah, sedangkan di SDN Cibayun jumlah siswanya sedikit dan penduduk di sana merupakan penduduk musiman (penduduk yang tidak menetap) sehingga sering terjadi perpindahan siswa.

Kondisi sekolah yang sudah lama tidak digunakan untuk beraktifitas akibat pandemi COVID-19, menyebabkan buku-buku di sana tak terurus dan disimpan di luar dengan ditutupi kain sebagai pelindungnya.

Kami pun tergerak untuk setidaknya menciptakan tempat membaca yang nyaman bagi siswa ketika pembelajaran tatap muka dilangsungkan nanti serta mengamankan buku-buku tersebut dari kerusakan. Maka muncul ide untuk membuat pojok membaca di setiap kelasnya (ada 4 kelas di SDN Cibayun).

Kami juga menemukan bahwa buku bacaan di sana kurang beragam. Buku di SDN Cibayun lebih banyak didominasi oleh buku tematik. Itu pun dapat dikatakan terpakai tidak terpakai, mengingat hampir setiap tahun terdapat revisi terhadap buku tematik tersebut.

Lalu selebihnya buku-buku lama yakni buku dengan kurikulum terdahulu seperti kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), bahkan Kurikulum 1994.

Oleh sebab itu kami pun menggalang donasi buku untuk memperkaya sumber bacaan siswa, dan alhamdulillah selama 3 bulan bisa memberikan sekitar 30 buku bacaan untuk SDN Cibayun. Buku tersebut di antaranya buku cerita, buku belajar menulis huruf, dll.

Selain dari kegiatan di atas, kami juga melakukan kegiatan sesuai dengan arahan Program Kampus Mengajar Angkatan 1 yaitu :

1. Membantu pengajaran (terutama literasi dan numerasi), di sini saya melakukan kegiatan latihan membaca untuk siswa kelas 1 yang belum lancar membaca. Kegiatan ini dilakukan tatap muka 1 minggu 2 kali. Mengingat hanya diikuti oleh 7 orang siswa dan dibagi menjadi 3 sesi setiap pertemuannya, maka kegiatan ini tidak menyebabkan kerumuman.

2. Membantu administrasi sekolah, setiap harinya akan ada 2 orang dari kami yang melakukan piket administrasi. Kegiatannya seperti memeriksa hasil ujian siswa, membantu melatih siswa dalam uji coba AKM (Asesmen Kompetensi Minimum), membantu mengawas ujian, mendampingi lomba calistung, membuat makalah program sekolah, dll.

3. Adaptasi teknologi, saya pribadi tidak banyak melakukan adaptasi teknologi mengingat akan sulit penerapan banyak teknologi bagi siswa kelas 1. Terlebih kegiatan bersama saya adalah kegiatan latihan membaca. Sehingga saya hanya menampilkan slide animasi huruf dan memperdengarkan audio bunyi huruf/suku kata/kata saja.

Kemudian dari kegiatan latihan membaca, saya merasakan pengaruh besar dari media pembelajaran. Terbukti ketika saya menggunakan media pembelajaran yang sama pada pertemuan sebelumnya, hal ini menyebabkan menurunnya antusiasme siswa dalam belajar.

Lain lagi ketika saya membawa media baru dalam pembelajaran, itu membuat siswa tersenyum ceria, bersemangat belajar, bahkan ada yang tidak ingin pulang sehingga ikut belajar kembali di sesi berikutnya.

Oleh karena itu, ditengah padatnya jadwal dan tugas kuliah, saya berusaha untuk mengonsep pembelajaran agar menyenangkan serta membuat media pembelajaran baru di hampir setiap pertemuannya. Bagi saya melihat mereka senang belajar menjadi sebuah kepuasan dan kebanggaan tersendiri. Ternyata inilah yang dirasakan bila mengajar dengan hati.

Adapun hasil kegiatan latihan membaca yaitu 2 siswa tergolong lancar membaca, 3 siswa sudah cukup baik membacanya hanya perlu pembiasaan agar bisa ke tahap lancar membaca dan 2 orang siswa yang masih kurang lancar membaca namun sudah ada kemajuan dari kemampuan awalnya.

Saya berharap dengan adanya pojok membaca di kelas dan donasi buku bacaan dari kegiatan kami ini bisa meningkatkan kemampuan membaca siswa.

Maka itulah yang bisa kami lakukan. Semoga keberadaan kami bisa dirasakan kebermanfaatannya. Terima kasih Program Kampus Mengajar yang telah mewadahi pengabdian kecil kami dan SDN Cibayun yang sudah dengan ramah menerima, mendukung dan membimbing kami dalam melaksanakan program ini.

Penulis : Wulandari, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Daerah Purwakarta

Asep Dahliyana, M.Pd. Dosen Pendamping Luaran Kelompok 24 KKN Program Rekognisi MBKM dan Puspresnas

Total
0
Shares
0 Share
0 Tweet
0 Pin it
0 Share
0 Share
0 Share
0 Share
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post
Logo Meta (sumber: CNN Indonesia)

Resmi! Facebook Ganti Nama Jadi Meta

Next Post
Perpustakaan Anggrek Bulan Candimulyo

Perpustakaan Anggrek Bulan Jadi Jendela Dunia untuk Mencerdaskan Masyarakat

Related Posts
Total
0
Share