Wartacakrawala.com – SMA An Nur mengadakan kegiatan Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka dengan menghadirkan Drs. Pi’i, M.M, sebagai narasumber. Sebanyak 96 Guru antusias mendengarkan pengarahan materi dari Pengawas Cabang Dinas Kabupaten Malang tersebut, kamis, (31/3/2022).
Hanafi kepala SMA An Nur dalam sambutanya mengungkapkan jika kurikulum merdeka akan diterapkan di SMA An Nur Bululawang. Sebenarnya, ada dua program yang bisa diikuti diantaranya program sekolah penggerak dan kurikulum merdeka. SMA An Nur kemudian memilih satu dari dua program tersebut yaitu kurikulum merdeka.
“Untuk progresnya, sekolah sudah mendaftarkan diri dan sudah penuhi segala persyaratan yang diminta untuk melanggengkan program kurikulum merdeka di SMA An Nur. Saya berharap tahun depan SMA An Nur bisa menerapkan kurikulum merdeka belajar,” ujarnya.
Lewat workshop implementasi kurikulum merdeka belajar, ia berharap Guru SMA An Nur dapat mengikuti kegiatan tersebut dengan baik sehingga kompetensi guru akan meningkat, tutupnya.
Drs. Pi’i membuka materinya dengan berkelakar “ganti menteri ganti kurikulum”. Walau begitu, menurutnya, sekolah dibebaskan untuk memilih menggunakan tiga kurikulum yang ada, seperti kurikulum 2013, kurikulum darurat (masa covid 19) dan kurikulum merdeka, tegasnya.
“Kurikulum merdeka adalah pengembangan dari kurikulum prototipe. Nadiem Anwar Makarim Mendikbudristek meresmikan kurikulum merdeka pada pertengahan februari lalu. Dalam penerapanya merdeka belajar tidak hanya dirasakan oleh siswa tapi juga guru. Guru tidak lagi dibingungkan dengan tiga hal berikut, diantaranya, proses pembelajaranya tidak lagi mengacu pada KI dan KD, dalam penilaian tidak terikat dengan KKM dan rencana pelakasan pembelajarannya menggunakan RPP berdeferiansi,” imbuhnya.
Baca juga: Menilik Sejarah dan Pengaruh MLD untuk SMA An Nur
Lebih lanjut, ia menambahkan, kurikulum merdeka mendorong pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa, serta memberi ruang lebih luas pada pengembangan karakter dan kompetensi dasar.
“Ada tiga point yang perlu diperhatikan dalam penerapan kurikulum merdeka belajar. Pertama, pembelajaranya berbasis proyek untuk mengembangkan soft skill dan karakter. Kedua, fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompentsi dasar seperti literasi dan numerasi. Ketiga, fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid dan melakukan penyusaian dengan konteks muatan lokal,” terangnya.
Selain itu, perubahan signifikan yang ada di kurikulum merdeka adalah siswa dibebaskan dalam memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat dan aspirasi pelajar terkait cita-cita yang akan di raih.
“Di kelas X siswa mempelajari seluruh mata pelajaran. Pada perjalanannya, Tim BK melakukan pemetaan terhadap minat dan cita-cita siswa. Baru di kelas XI siswa kemudian akan memilih kelompok mata pelajaran sesuai dengan keinginan dan cita-citanya. Misalnya, salah satu peserta didik bercita-cita menjadi dokter. Siswa tersebut akan memilih mata pelajaran dari minimum 2 kelompok pilihan hingga syarat minimum jam pelajaran terpenuhi. Sekolah membuka minimum 3 kelompok mata pelajaran bahkan bisa lebih,” tandasnya.
Sebagai informasi tambahan, berikut 5 kelompok mata pelajaran yang direkomendasikan, yaitu: satu, MIPA terdiri atas matematika peminatan, fisika, kimia, biologi, informatika. Kedua, IPS terdiri ekonomi, sosiologi, geografi dan antropologi. Ketiga, bahasa dan budaya terdiri atas bahasa dan sastra indonesia, bahasa dan sastra inggris serta bahasa asing lainya.
“Keempat, vokasi/kreatif terdiri atas budidaya, rekayasa, dsb. Kelima, seni dan olahraga khusus untuk sekolah yang ditetapkan pemerintah,” tutupnya. (*)
*)Pewarta: M. Ramlin