Wartacakrawala.com – IoT (Internet of Things) merupakan konsep interkoneksi perangkat melalui internet sehingga perangkat tersebut dapat mengirim dan menerima data tanpa membutuhkan interaksi. Penerapan teknologi ioT pun banyak digunakan dalam berbagai bidang, seperti Permerintah, Pendidikan, Kesehatan, dan masih banyak lagi.
Selain itu, perkembangan IoT dapat dirasakan dari hasil usaha yang dilakukan oleh masyarakat. Salah satunya seperti Prof. Trio Adiono, Ph.D bersama kedua rekannya yaitu Dr. Ir, Eni Sumiarsih, MSc dan Ir Suheimi yang melakukan pengabdian desa untuk mengembangkan teknologi IoT untuk peningkatan ekonomi budidaya ikan patin. Pengabdian tersebut bertempat di Kampung Patin Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Daerah tersebut memproduksi 1 ton ikan patin/hari dan memproduksi bakso ikan patin, nugget ikan patin, bakso goreng ikan patin serta ikan sale yang dikeringkan dan diasap. Adapun permasalahan dari budidaya ikan patin ini yaitu:
- Ikan sensitif terhadap kadar keasaman dan suhu air, setiap tambak proses budidaya kurang lebih selama 3 bulan.
- Perlu pengukuran terhadap kualitas air dari sumber di tanah sebelum disalurkan ke kolam.
- Pengukuran masih menggunakan proses manual.
- Kesalahan/ketidaktelitian dalam pengukuran dapat mengakibakan ikan tidak mau makan.
Sehingga diciptakan Smart Water Meter yaitu system yang dapat melakukan pengukuran kualitas air secara otomatis selama 24 jam dengan berbagai sensor serta IoT sehingga dapat diamati dari jauh dan dari manapundan cocok untuk digunakan pada budidaya ikan di kolam, ikan pada keramba jaring apung, pengolahan air bersih, industri kimia. Manfaat dari Smart Water Meter, yaitu:
Baca juga: Pentingnya Menyerap Informasi Kesehatan Secara Benar
- Mudah proses pengecekan kualitas air.
- Memantau kualitas air darimana saja karena terhubung ke internet (cloud).
- Menyediakan infografik perubahan kualitas air setiap waktu.
- Memastikan kualitas ar selalu dengan kondisi terbaik.
- Meningkatkan kualitas produksi pada budidaya ikan.
Berikut merupakan fitur dari produk yang dikembangkan:
- Mengukur kadar keasaman air (PH)
- Mengukur suhu air dan lingkungan
- Mengukur kekeruhan air
- Mengukur adar oksigen terlarut
- Memiliki konsumsi daya rendah
- Sumber daya listrik berbasis matahari (dapat menyimpan di baterai)
- Menampilkan hasil pengukuran pada sebuah antarmuka
Alat tersebut menggunakan casing IP5 yang tahan air dengan kapasitas baterai 2000mAh dan menggunakan solar panel atau sumber daya DC sebagai sumber daya listrik. Dibawah ini merupakan konfigurasi dari alat tersebut:
- Water meter akan ditempatkan beberapa buah untuk setiap tambak dengan berbagai sensor solar panel, wireless communcation menggunakan LoRa dengan menggunakan gateaway private. Data yang setelah dikirim disimpan di cloud server, dari server kita dapat mengaksesnya melalui smartphone, TV, dan lain hal sebagainya.
Perangkat yang dibutuhkan dalam membuat Smart Water Meter, diantaranya:
- Pelampung, karena ketinggian air yang tidak tetap
- 2 rangka untuk me-mounting solar panel sebagai dudukan
- Antena untuk gateaway ke LoRa
- Desain elektronik, di desain secara khusus oleh peneliti dan setiap sensor diberi proteksi agar tidak terkena air.
- Board yang dirancang khusus diberi nama Ikanku. Terdapat konektor untuk sensor, antenna, prosessor untuk membaca data dari sensor, modul lora, baterai, power management, dan lainya.
Selain itu, peneliti membuat sebuah aplikasi dengan beberapa mode diantara lain dapat menentukan daerah budidaya dan menunjukan parameter, status perangkat, grafik.
Dibutuhkan juga fish counter untuk pembenihan yang dimana petani harus menghitung jumlah ikan sebelum dimasukkan ke tambak. Sehingga menerapkan AI untuk menghitung benih ikan patin yang dimana para petani hanya mengupload foto ikan, maka aplikasi akan menghitung jumlah ikan dari foto tersebut.
*)Penulis: Zamzam Kholidatuzzahra, Mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia
*)Tulisan opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi Wartacakrawala.com
*) Opini di Wartcakrawala.com terbuka untuk umum
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim