Toxic Positivity: Ingin Memberi Semangat Pada Teman? Baca Dulu ini !

Avatar
Ilustrasi Toxic Positivity / Shutterstock
Ilustrasi Toxic Positivity / Shutterstock

Wartacakrawala.com – Terkadang kata-kata penyemangat dari orang terdekat justru terasa melemahkan bagi orang-orang yang tengah bermasalah. Untuk sebagian orang, ucapan “jangan menyerah”, “tetaplah bersyukur”, atau “be positive” cukup ampuh untuk membuat mereka lebih kuat dan merasa nyaman saat dilanda masalah. Namun, bagi sebagian lainnya, hal tersebut justru membuat mereka makin merasa kecil diri, bahkan bisa memicu gangguan psikis.


Bahkan menurut psikolog Mary Hoang seperti dilansir dari laman Elle Australia, kata-kata penyemangat yang dianggap positif (toxic Positivity) sering kali bisa membuat orang merasa lebih buruk.

Baca: Tipe Kepribadian Manusia

Istilah Toxic Positivity menurut dr. jiemi Ardian merupakan istilah populer yang mengacu pada situasi ketika seseorang secara terus menerus mendorong orang terdekatnya yang sedang mengalami masalah untuk melihat sisi baik dari kehidupan, tanpa pertimbangan akan pengalaman yang dirasakan atau tanpa memberi kesempatan orang terdekatnya itu untuk meluapkan perasaannya.

Dalam penjelasan mengenai toxic positivity, Urban Dictionary menyebut bahwa kalimat seperti “Kalau kamu tetap positif, kamu akan mengatasi segala kesulitan yang ada” mengabaikan perasaan sesungguhnya dari orang yang sedang bermasalah, seolah-olah perasaan negatif yang dialami dan ingin diungkapkan orang tersebut tidak penting bagi lawan bicaranya.

Lebih jauh, Jiemi memberikan contoh-contoh ucapan yang lebih menunjukkan empati untuk diucapkan kepada orang-orang yang dirundung masalah.

“Dalam keadaan ini, sepertinya sulit ya melihat hal-hal yang baik. Saya mencoba memahami”, “Wajar jika kita merasa kecewa dalam keadaan ini”, “Aku pikir kamu pasti merasa berat saat ini, ya…”

Diatas adalah beberapa contoh ujaran yang bisa lebih dulu diungkapkan saat melihat orang di sekeliling kita diliputi perasaan negatif alih-alih mencekokinya langsung dengan dorongan berpikir atau bersikap positif.

Mengapa “toxic Positivity” bisa berdampak negatif?

Hal ini terjadi karena tidak semua orang butuh disemangati saat mereka bercerita soal perasaan negatif atau pengalaman buruknya. Sering kali kata kata semangat yang seakan-akan positif, bukan itu yang sedang dibutuhkan orang yang bermasalah.

Lebih jauh, ucapan positif yang langsung disampaikan ke atau diinternalisasi pada orang bermasalah juga tercatat dalam tulisan Wood, dkk (2009). Para peneliti itu menemukan bahwa kata-kata positif yang ditujukan kepada responden berpenilaian diri rendah justru membawa dampak negatif.

Ketika mereka terus berkata kepada dirinya bahwa “saya orang yang menyenangkan” atau berfokus mencari negasi dari hal-hal jelek tentang diri mereka, yang ada perasaannya malah semakin buruk.

Ironisnya menurut para peneliti tersebut, sering kali buku-buku pengembangan diri malah menggembar-gemborkan berpikir positif untuk segmen mereka: orang-orang berpenilaian diri rendah tadi.

Lalu apa yang seharusnya kita lakukan?

Dilansir dari Psych Alive, yang harus kita lakukan adalah memvalidasi. Apa itu validasi dalam konteks ini ?

Validasi adalah perbuatan untuk memberi tahu seseorang bahwa apa yang ia rasakan dan alami itu nyata adanya dan bisa dipahami. Bukan artinya Anda lantas menyetujui orang lain tersebut, namun lebih cenderung empati dan menyatakan bahwa Anda paham kenapa ia bisa merasakan atau mengalami suatu hal.

Saat perasaan atau pengalaman orang tersebut tervalidasi, mereka akan merasa lebih dipahami dan didukung, serta terbantu untuk lebih menerima perasaan. Sebaliknya, saat perasaan atau pengalaman tidak tervalidasi, orang tersebut akan merasa tidak dipahami serta lebih sulit untuk meneriman perasaan (misal: Anda sedang stres karena bos yang galak, tapi tetap memaksakan diri untuk positif, sehingga akhirnya malah memendam perasaan kesal).

Total
0
Shares
0 Share
0 Tweet
0 Pin it
0 Share
0 Share
0 Share
0 Share
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post
Timnas Indonesia U23 / Kompas

SEA Games: Timnas U23 ke Final

Next Post
Ilustrasi sulitnya mengerjakan skripsi (Sumber: Pexels)

Skripsi Menakutkan?: Kata siapa?

Related Posts
Total
0
Share